Friday 21 October 2016

Psikologi dalam Linguistik ; Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri ,Kerja sama Psikologi dan Linguistik



Psikologi dalam Linguistik 
Beberapa tokoh linguistik yang tertarik untuk mengkaji bahasa secara psikologi adalah Von Humbolt, Ferdinand de Saussure, Edward Sapir, Leonard Bloomfield, dan Otto Jespersen. Von Humbolt (1767-1835) ialah ahli linguistik asal Jeman yang membandingkan tata bahasa antar bahasa yang berlainan dengan tabiat penutur bahasa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tatabahasa suatu 2 bangsa menunjukkan pandangan hidup bangsa tersebut. Von Humbolt sangat dipengaruhi aliran rasionalisme yang menganggap bahwa bahasa adalah bagian yang tidak dapat dipotong-potong atau diklasifikasikan seperti pada pendapat aliran empirisme. Ferdinand de Saussure (1858-1913), dalam perkuliahannya memperkenalkan tiga istilah penting dalam linguistik, yaitu langue, langage dan parole. Langue bermakna bahasa tertentu yang masih bersifat abstrak, langage bermakna bahasa yang bersifat umum, sedangkan parole merupakan bahasa tuturan secara konkret. 


Saussure menegaskan bahwa kajian linguistik adalah langue, sedangkan objek kajian psikologi adalah parole. Oleh karena itu, linguis berkebangsaan Swiss ini berpendapat, jika ingin mengkaji bahasa secara utuh, maka ilmu yang dapat mengkajinya adalah linguistik dan psikologi. Edward Sapir (1884-1939), mengkaji hubungan antara bahasa dengan pikiran. Berdasarkan kajiannya, linguis dan antropologis asal Amerika ini berkesimpulan bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang mennetukan struktur pikiran manusia. Dia pun menambahkan bahwa linguistik dapat berkontribusi pada teori psikologi Gestalt, begitu pula sebaliknya. Leonard Bloomfield (1887-1949), pada perkembangan ilmunya banyak dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang bertentangan, yakni behaviorisme dan mentalisme. Pada awalnya, linguis Amerika ini mengkaji bahasa dengan pendekatan mentalisme. 
 
Dia berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman luar biasa , terutama karena penjelmaan tekanan emosi yang sangat kuat. Karena tekanan emosi itulah maka akan keluar ucapan atau kalimat berbentuk eklamasi, lalu keluar keinginan berkomunikasi berupa deklarasi. Jika keinginan deklasi ini keluar dalam bentuk keingintahuan maka keluarlah interogasi. Pada tahun 1925 Bloomfield meninggalkan aliran empirisme dan beralih pada aliran behaviorisme, yang memunculkan teori bahasa “linguistik struktural” dan “linguistik taksonomi”. 3 Otto Jesperson, beraliran mentalistik dan berbau behaviorisme. Jesperson berpendapat bahwa bahasa bukanlah suatu wujud pengertian satu benda tetapi merupakan fungsi-fungsi lambang di dalam otak manusia yang melambangkan pikiran. Menurutnya, satu kata pun dapat diwujudkan dalam perilaku.
2.2. Linguistik dalam Psikologi
Pada perkembangannya, ada beberapa pakar psikologi yang juga mengkaji psikologi secara linguistis. Pakar-pakar itu adalah John Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson, dan Weiss.  John Dewey (1859-1952) merupakan psikolog kebangsaan Amerika yang menganut empirisme murni. Beliau menafsirkan bahasa kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi. Beliau menyarankan agar penggolongan kata-kata untuk anak-anak berdasarkan pada makna yang dipahami anak-anak. Karl Buchler, ialah pakar psikologi kebangsaan Jerman. Beliau menulis buku berjudul Sparch Theorie (1934) yang menyatakan bahwa bahasa manusia memiliki tiga fungsi yang disebut Organon Modell der Saprch yaitu Kungabe (Ausdruck) Appell (Auslosung) dan Darstellung. Kungabe adalah tindakan komunikatif berwujud verbal. Appell adalah permintaan yang ditujukan kepada orang lain. Darstellung adalah penggambaran masalah pokok yang dikomunikasikan.
Wundt (1932-1920), ialah pakar psikologi Jerman yang pertama kali mengembangkan teori mentalistik bahasa. Wundt menjelaskan bahasa alat untuk melahirkan pikiran. Hal ini terjadi karena terdapat perasaan-perasaan serta gerak-gerak yang melahirkan bahasa secara tidak sadar. Menurut Wund, satu kalimat merupakan suatu kejadian akal yang terjadi secara serempak. Wundt pun terkenal dengan teori performansi bahasa (language 4 performance). Teori ini menjelaskan dua aspek, yakni fenomena luar (citra bunyi) dan fenomena dalam (rekaman pikiran). Watson (1878-1958), menyamakan antara perilaku berbahasa dengan perilaku lainnya seperti makan, berjalan, dll. Perilaku bahasa menurut Watson adalah hubungan stimulus-respons (S-R) yang menyamakan perilaku kata-kata dengan benda-benda. Dengan demikian, pakar psikologi berkebangsaan Amerika ini menganut aliran psikologi behaviorisme. Weiss, mengakui adanya aspek mental dalam bahasa. Hanya saja, karena wujud bahasa tidak tampil secara fisik maka sukar dikaji dan diwujudkan kecuali jika bahasa berada pada konteks sosialnya. Weiss banyak berjasa bagi perkembangan awal psikolinguistik, beberapa masalah yang berhasil dipecahkan Weiss secara psikologi-bahasa menurut alirannya, behaviorisme adalah :
a.  Bahasa merupakan satu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas terhadap suatu  stimulus.
b. Pada dasarnya, perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke dalam organisasi gerak syaraf.
c.  Perilaku bahasa adalah sebuah alat untuk mengubah dan meragamkan kegiatan seseorang  sebagai hasil warisan dan hasil perolehan.
d. Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap suatu respons.
e. Respons bahasa sebagai suatu stimulus pengganti untuk benda dan keadaan yang sebenarnya memungkinkan kita untuk memunculkan kembali suatu hal yang pernah terjadi, dan menganalisis kejadian ini dalam bagian-bagian.
2.3. Kerja sama Psikologi dan Linguistik
Kerja sama kedua disiplin ilmu ini pertama kali berlangsung pada tahun 1860. Pada saat itu, Heyman Steinthal seorang ahli psikologi yang beralih menjadi linguis dan Moritz Lazarus ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi menerbitkan jurnal “Zeitschrift fur Volkerpsychologie und 5 Sparch Wissenschaft” (Jurnal Psikologi sosial dan Linguistik). Menurut Steinthal, ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa ilmu linguitik. Pada tahun 1901, Albert Thumb (ahlilinguistik) dan Karl Marbe (ahli psikologi) menerbitkan buku berjudul Experimentelle Untersuchungen iiber die PsychologishenGrundallen der Sparchichen Analogiebieldung. Kedua pakar tadi menggunakan kaidah-kaidah psikologi eksperimental untuk meneliti hipotesis-hipotesis linguistik yang menghasilkan pengaruh sangat kuat akan lahirnya psikolinguistik. Sebuah lembaga sosial Amerika bernama Social Science Research Council menyelenggarakan sebuah seminar tahun 1951 mempertemukan para pakar linguistik, psikologi, patologi, ahli-ahli teori informasi, dan pembelajaran bahasa. Mereka merumuskan hubungan kerjasama antara psikologi dan linguistik. Kemudian pada tahun 1953, Osgood (linguis), Sebeok (linguis), dan Caroll (ahli psikologi) bertemu dalam seminar di Universitas Indiana Amerika Serikat. Pertemuan ini menghasilkan buku Pscholinguistics : A Survey of Theory and Research Problems. Buku ini kemudian disunting oleh Osgoods dan Sebeok. Inilah buku psikolinguistik pertama yang menggunakan istilah psikolinguistik. Sebelumnya Albert Thumb dan Karl Marbe tidak memakai nama itu. Tahun 1946, N.H. Pronko dalam artikelnya yang berjudul “Language and Psycholinguistics : A Review” dimuat dalam jurnal Psychological Bulletin. Pronko mengaku istilah psikolinguistiknya diperoleh dari gurunya Jacob Robert Kantor dalam buku An Objective Psycology of Grammar( 1936). Dasar-dasar ilmu psikologi menurut Osgoods dan Sebeok adalah :
a. Psikolinguistik adalah suatu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sistem elemen yang saling berhubungan erat.
b. Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut behaviorisme) yang berdasar pada bahasa yang dianggap sebagai sistem tabiat.
c. Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai alat untuk menyampaikan suatu benda.

2.4. Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri
Dibukanya program khusus psikolinguistik pada tahun 1953 oleh R. Brown merupakan tanda formal ilmu ini adalah disiplin mandiri. Sarjana pertama disiplin ilmu ini adalah Eric Lenneberg. Pakar lain yang kemudian muncul adalah Leshley, Osgoods, Skinner, Chomsky, dan Miller yang kesemuanya sangat berjasa bagi perkembangan psikolinguistik. Pada tahun 1957 Skinner menerbitkan buku Verbal Behaviour. Pada tahun yang sama Chomsky mengeluarkan buku Syntactic Structure. Kemudian Leshley berpendapat bahwa lahirnya suatu ucapan bukanlah pertalian serentetan respeons tetapi merupakan kejadian serempak, dan secara tidak langsung struktur sintaksis ucapan itu dihubungkan dengan bentuk urutannya. George Miller dalam artikelnya yang berjudul “The Psycolinguistics” (1965) menjelaskan bahwa lahirnya ilmu psikinguistik karena kontribusi ilmu psikologi yang mengakui bahwa akal manusia menerima lambang-lambang linguistik, sedangkan linguistik mengakui bahwa diperlukan psiko-motor-sosial untuk menggerakkan tata bahasa. Miller pun memperkenalkan teori generatif transformasi Chomsky yang menganggap bahwa bahasa merupakan kemampuan manusia yang sangat rumit. Oleh karena itu, tugas peikolinguiatik adalah meneliti kemampuan yang rumit itu dengan terperinci. Miller pun menegaskan bahwa bahasa bukan hanya mempermasalahkan arti tetapi bagaimana kekmampuan manusia dalam mengatur syaraf-sayaraf atau kalimat-kalimat baru yang sangat berguna. Jika disimpulkan, pada awalnya, psikolinguistik beraliran behaviorisme. Namun, berdasarkan perkembangannya yang bersifat mentalis dan mencoba menjelaskan hakikat rumus yang dihipotesiskan, maka kajian psikolinguistik pun semakin berkembang pada arah kognitif. Lahirnya tata bahasa generatif oleh Chomsky merupakan inovasi tersendiri di bidang ini. Oleh karena itu, Chomsky disebut sebagai “Bapak Linguistik Modern” sedangkan Wilhem Wundt disebut sebagai “Bapak Psikolinguistik Klasik”.

Bagikan

Jangan lewatkan

Psikologi dalam Linguistik ; Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri ,Kerja sama Psikologi dan Linguistik
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.