Thursday 13 October 2016

Makalah Logika : PENALARAN INDUKSI DAN DEDUKSI PADA SKRIPSI PUTI MUTIARA AZHARI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2009



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Proses bernalar dikaitkan dengan proses pembelajaran di perguruan tinggi dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBBP) kurikulum tahun 2006 disebutkan salah satu fungsi mata kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai sarana penegembangan pernalaran (Depdikbud,1994:1). Disebutkan pula bahwa salah satu tujuan khusus pembelajaran Bahsa dan Satra Indonesia di perguruan tinggi agar mahasiswa mampu mengungkapkan informasi secara jelas, logis, dan sistematis dengan konteks dan situasi dalam berbagai ragam bahasa (Depdikbud, 1994:2).

Seringkali mahasiswa terjebak dalam menyimpulkan suatu pendapat dari beberapa pernyataan. Peristiwa yang sering terjadi dalam kesalahan pernalaran adalah premis (pernyataan) yang tidak ada hubungan, premis yang rancu atau pincang, penarikan simpulan yang terlalu luas dan melakukan pernarikan  simpuklan dari premis negative sehingga menyebabkan pernalaran yang tidak sehat atau terjadi kesalahan pernalaran (Arifin, 2004:135)

Untuk menghindari kesalahan pernalaran dalam mengungkapkan suatu pendapat, hendaknya dengan proses berpikir yang benar diantaranya yang mencakup sifat-sifat pernalaran yang sehat; penggunaan premis yang benar, konklusi yang benar, alur pernalaran yang benar dan penggunaan kalimat pernalaran yang benar (Arifin, 204: 137)

Menurut prosesnya, pernalaran dibagi dua yaitu pernalaran induksi dan pernalaran deduksi. Pernalaran induksi dan deduksi dapat diterapkan dalam menulis karangan argumentasi. Pernalaran induksi dan deduksi dipergunakan secara bergantian atau hanya salah satunya yang dipergunakan, itus emua bergantung pada gaya yang dipilih, efek, dan tekanan yang ingin diberikan (Arifin, 2004:144)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan analisis tentang pernalaran induksi dan deduksi dalam skripsi  mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung atas nama Mahasiswa Puti Muttiara Azhari Lulus Tahun 2009.

B.     Indentifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang masalh diatas, masalah yang dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah pernalaran induksi dalam skripsi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung atas nama Puti Mutiara Azhari yang lulus pada tahun 2009.
2.      Bagaimanakah pernalaran deduksi dalam skripsi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung atas nama Puti Mutiara Azhari yang lulus pada tahun 2009.

C.    Perumusan Masalah
Berdaqsarkan indetifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah adalah “bagaimanakah pernalaran induksi dan ddeduksi dalam skripsi mahasiswa Fakulta Hukum Universitas Lampung atas nama Puti Mutiara Azhari tahun 2009?”.

D.    Tujuan penulisan
Tujuan dalam penulisan ini antara lain
1)      Untuk mendeskripsikan pernalaran induksi dalam skripsi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung atas nama Puti Mutiara Azhari tahun 2009.
2)      Untuk mendeskripsikan pernalaran induksi dalam skripsi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung atas nama Puti Mutiara Azhari tahun 2009.

E.     Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup dalam penulsian makalah ini antara lain
a)      Pernalaran induksi dan deduksi yang meliputi
-          Pernalran induksi yang terdiri dari aspek pernalran generalisasi, analogi, dan hubungan sebab akibat.
-          Pernalran deduksi yang terdiri dari pernalran silogisme dan entimem
b)      Skripsi Abstrak, Bab  I dan ,  Mahasiswa Fakultas Hukum Univesitas Lampung atas nama Puti Mutiara Azhari tahun 2009.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Bahasan Skripsi

Pada bagian ini akan dibahas pernalaran induksi dan deduksi yang ditemukan dalam skripsi Mahasiswa fakulta Hukum Univ ersitas Lampung atas nama Puti Mutiara Azhari tahu 2009  dengan judul skripsi Analisis Yuridis tanggung Jawab Suami terhadap Mantan Isteri , Anak, dan Harta Bersama (Putusan PA No.0269/Pdt.G/2008/PA.Plg dan No. 255/Pdt.G/2006/PA.Tnk) , kemudian dalam bahasan penulisan makalah ini, akan disajikan bentuk simpulan (konklusi) yang ditandai dengan cara digaris bawahi pada satuan pernalaran yang ditemukan. Untuk itu, terlebih dahulu akan dibahas pernalaran induksi sebagai berikut.
1.      Pernalaran Induksi
Pernalaran induksi yang dianalisis meliputi generalisasi, analogi dan hubungan sebab akibat. Berikut ini contoh bahsan pernalaran induksi yang ditemukan dalam karangan.

1.1  Pernalaran Generalisai
Generalisasi adalah proses pernalaran berdasakan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik simpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa (Akhadiah, 1985:49). Generalisasi adalah proses pernalaran yang mengendalikan beberapa pernyataan yang mempuanyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang umum (Arifin dan Tasai,2004:150). Dari beberapa pendapat di atas penulis mengacu kepada pendapat Akhadiah yang mengemukanakan bahwa generalisai ialah proses pernalaran berdasarkan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik simpulan mengenai semua atau sebagin dari gejala serupa. Berikut hasil analisis yang penulkis temukan berkaitan dengan generalisasi.
a)      Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa Pemohon telah memasukkan gugatan ke Pengadilan Agama disertai dengan alasan bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak harmonis. Permohonan tersebut telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
1.2  Pernalaran Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang dianggap memeiliki kesamaan, karena dalambanyak segi memiliki kesamaan, dismpulkan segi-segi yang lain akan sama juga (Suparni, 1995:1420. Untuk mengemukakan suatu analogi yang perlu diperhatiukan adalah apakah ada persamaan yang dipakai sebagai dasar  simpulan benar-benar merupakan cirri-ciri esensial yang berhubungan erat dengan simpulan yang dikemukankan(Akhadiah,1998;50), berikut hasil analisi yang ditemukan oleh penulis.
a)      Tanggung jawab terhadap mantan isteri adalah memberi nafkah mut’ah, nafkah iddah, kisswah dan maskan sepanjang hal tersebut disebutkan dalam surat gugatan. Bila tidak dimintakan dalam surat gugatan, maka hakim tidak boleh memutus perkara melampaui apa yang dimintakan dalam surat gugatan
.
1.3  Pernalaran hubungan Sebab Akibat
Menurut prinsip umum sebab akibat, semua peritiwa harus ada penyebabnya. Hubungans ebab akibat antara peristiwa-peristiwa mungkin mengikuti pola dari sebab ke akibat, akibat ke sebab atau akibat ke akibat 9Akhadiah,1998:51). Hubungan sebab akibat adalah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang berhubungan (Arifin dan tasai, 2004:152) pernalaran mengenai hubungan sebab akibat, dapat dietmukan pada paragraph berikut :
a)      Contoh hubungan sebab akibat dalam skripsi
-          Tujuan perkawinan sering tidak tercapai didalam kehidupan rumah tangga, hal ini dapat disebabkan beberapa ha antara lain adanya pertengakran dan perselisihan yang terus menerus terjadi yang tidak dapat didamaikan, dan mengakibatkan perceraian.(Abstrak, pargraf 1, baris 2)
-          Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia dan kekal (bab I paragraph 1 baris 3)

2.      Pernalaran Deduksi
Kata  deduksi berasal dari kata latin dedducere (de yang berartio’dari’ dan kata ducere yang berarti ‘menghantar’). Dengan demikian kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘menghantar suatu hal ke suatu hal lain’. Sebagai suatu jenis pernalaran, deduksi merupakan suatu proses berpikir yang bertolak dan suatu proposisi yang sudah ada mengacu kepada proposisi baru yang berbentuk suatu simpulan (keraf, 1991:57). Proposisi adalah kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan antara fakta yang ada.
Deduksi merupakan pernalaran dari yang umum ke yang khusus (Moeliono,1989;125). Peranlran deduksi didasarkan atas prinsip, hukum, teori yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala, berdasarkan atas prisnsip umum tersebut, ditarik simpulan berdasarakn sesuatu yang khusus (Akhadiah, 1985:17). Pernalaran deduksi terdiri dari dua macam yaitu entimem (simpulan secara langsung)dan silogisme (simpulan secara tidak langsung) (Arifin dan Tasai,2004:144)

2.1  Silogisme
Silogisme atau simpulan secara tidak langsung merupakan suatu bentuk proses pernalaran yang berusaha menguhubungkan dua proposisi yang berlaianan untuk menurunkan suatu simpulan yang merupakan proposisi ketiga (Keraf, 1991:58).
1)      Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah gambaran umum Putusan Pengadilan Agama No.0269/Pdt.G/2008/PA.Plg dan No. 225/Pdt.G/2006/PA.Tnk, dan tanggung jawab suami terhadap mantan isteri, anak dan harta bersama. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatife, dengan pendekatan masalah secara teoritis yuridis

2.2  Entimem
Bentuk yang biasa ditemukan da dipakai dalam pernalran deduksi ialah bentuk entimem atau simpulan secara langsung. Entimem pada dasarnya adalah silogisme akan tetapi dalam entimem salah satu premisnya tidak dihubungkan karena sama-sama diketahui (Akhadiah,1985:64). Berikut bentuk entimem yang ditemukan.
1)      Tanggung jawab suami terhadap mantan isteri adalah suami mempunyai tanggung jawab memberikan nafkah selama menjalani masa iddah, maskan, kiswah dan mut’ah. Hal ini sesuai dengan Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam. Tanggung jawab suami terhadap anak adalah suami harus memberikan biaya pemeliharan anak sebesar Rp 1.500.000(satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulan sampai anak-anak tersebut dewasa (21 tahun) melalui mantan isteri sebagai pemegang hadhanah. Tanggung jawab suami terhadap harta bersama adalah harta bersama tersebut harus dibagi rata, sebagian untuk suami dan sebagian lagi untuk isteri.



BAB III
SIMPULAN DAN SARAN



A.    Simpulan
Berdasarkan analisis yang dialakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pernalaran induksi dan deduksi pada Abstrak, Bab I, dan III, skripsi Puti Mutiara Azhari lebih banyak menggunakan pernalaran Induksi, yang dapat dimpulkan bahwa pernalran induksi lebih tepat penggunaanya yang ditandai dengan sedikit kesalahan pernalran, proses berpikir sistematis, berpola, dan teratur. Selain itu, keterampilan menulis dengan menrapkan pernalran induksi dapat mengungkapkan informasi lebih jelas, logis dan sistematis sesuai dengan konteks dan situasi dalam berbagai ragam bahasa.

B.     Saran
Dari beberapa hasil analisis dalam penulisan makalah ini, penulis dapat memberikan saran yaitu pernalaran induksi lebih tepat penggunaanya dalam sebuah tulisan yang berbentuk argumentasi, yang ditandai dengan proses berpikiir (pernalaran) yang lebih sistematis, berpola, dan teratur. Selain itu, keterampilan menulis dengan mnerapkan pernalaran induksi dapat mengungkapkan insformasi lebih jelas, logis, dan sistematis sesuai dengan konteks dans ituasi dalam berbagai ragam bahasa.

Bagikan

Jangan lewatkan

Makalah Logika : PENALARAN INDUKSI DAN DEDUKSI PADA SKRIPSI PUTI MUTIARA AZHARI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2009
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.