Wednesday 19 October 2016

Peran Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah



1.      Peran Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
 
Suatu Hari seorang anak kecil disuruh Ayahnya  membeli sebungkus korek api dengan pesan agar tak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang berseri-seri, menyerahkan kotak korek api yang kosong, dan berkata, “Korek api ini benar-benar bagus Pak, semua batangnya telah saya coba dan ternyata menyala”.

Penyelesaian diatas membutuhkan waktu yang lama, tidak ekonomis, dan efisien. Penarikan kesimpulan dengan mencoba semua korek api, bukan merupakan suatu penyelesaian yang tepat. Beberapa permasalahan seperti hal diatas, dapat dipecahkan dengan Ilmu Statistika. Pada tahun 1645 ahli Matematika, Chevalier de Mere dan Prancis Blaise Pascal (1623-1662) tertarik dengan latar belakang permasalahan seperti contoh diatas, dengan menciptakan teori yang mengembangkan teori dari cikal bakal Peluang. Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan.

Teori mengenai kombinasi bilangan sudah dikembangkan oleh Sarjana Muslim Al Jabbar, meskipun belum sampai dalam lingkup teori Peluang. Namun begitu dasar-dasar mengenai teori Peluang ini dilanjutkan lebih cepat, lalu kemudian bidang telaah ini berkembang pesat. Beberapa orang ahli yang mengembangkan dengan lebih lanjut mengenai telaah dasar konsep ilmu Statistika, diantaranya adalah :
1)   Descartes (1596-1650) Dengan latar belakang selama 4 tahun, bergaul dengan teman-teman yang suka berjudi, Descartes kebanyakan menang karna dia pandai menghitung peluang.
2)   Pascal dan Pierre de Fermat (1601-1665) mengembangkan cikal-bakal Teori Peluang.
3)   Pendeta Thomas Bayes (1763) mengembangkan Teori Peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya suatu kejadian. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus dalam statistika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat obyektif.
4)   Abraham Demoivre (1667-1827) mengembangkan Teori Galat atau Kekeliruan (Theory of error).
5)   Thomas Simpson (1757) menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut (Continous Distribution) dari suatu variable dalam suatu frekuensi yang cukup banyak.
6)   Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep dari Demoivre dan Simpson dan menemukan Distribusi Normal. (sebuah konsep yang paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika di samping Teori peluang.
7)   Francis Galton (1822-1911) & Karl Pearson (1857-1936) Distribusi lain yang tidak berupa kurva Normal.
8)   Karl Friedrich Gauss (1777-1855) Teknik Kuadrat Terkecil  (Least Squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (The Standard Error of Mean)
9)   Pearson (melanjutkan Konsep Galton): Konsep Regresi, Korelasi, Distribusi Chi-Kuadrat dan Analisis Statistika untuk data Kualitatif. Pearson menulis Buku The Grammar of Science.
10)    William Searly Gosset “Student” mengembangkan konsep pengambilan contoh.
11)    Ronald Alylmer Fisher (1890-1962): Analisis Varians dan Kovarians, Distribusi-z, Distribusi-t, uji Signifikan dan Theory of Estimation.

Meskipun Statistika relative sangat muda dibandingkan dengan Matematika, tetapi Statistika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini. Ilmu Statistika banyak dipergunakan untuk penelitian Ilmiah, baik yang berupa Suvei maupun eksperimen Teknik-teknik Statistika dikembangkan sesuai dengan kebutuhan untuk kegiatan akademik maupun untuk pengambilan keputusan.

1.    Statistika dan Cara Berpikir (Induktif dan Deduktif)
Statistika merupakan ilmu pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua Pernyataan Ilmiahnya Faktual. Dalam pengujian: suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipothesis yang diajukan. Pengujian terbagi 2: Logika Induktif dan Logika Deduktif.

Pengujian berdasarkan Logika Induktif: Penarikan kesimpulan yang bersifat Khas dari kasus-kasus yang bersifat khusus (individual) kepada yang bersifat umum. Meskipun Premis-premis yang digunakan adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya sah, tapi kesimpulannya belum tentu benar. Logika Induktif berpijak kepada Statistika sebagai sarana penarikan kesimpulan.

Pengujian berdasarkan Logika Deduktif: Penarikan kesimpulan yang bersifat Umum ke Khusus. Kesimpulan yang ditarik adalah benar jika premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan penarikan kesimpulannya Syah. Logika Deduktif berpijak pada Matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan.

2.      Manfaat Statistika
a.     Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
b.     Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang dasarnya adalah asas yang sederhana.
c.     Statistika memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua factor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.
d.     Penarikan kesimpulan secara statistika memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis.

Bagikan

Jangan lewatkan

Peran Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.