Jenis
Metode Ilmiah
Terdapat beberapa
jenis metode ilmiah. Menurut Burhanudin Salam beberapa jenis metode ilmiah
yaitu:
1.
Observasi
Beberapa ilmu seperti
astronomi dan botani telah dikembangkan secara cermat dengan metode observasi.
Didalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti : melihat,
mendengar, menyentuh, meraba.
2.
Trial
and Error
Teknik yang diperoleh
karena mengulang-ulang pekerjaan baik metode, teknik, materi,
parameter-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu, memerlukan waktu yang
lama dan biaya yang tinggi.
3.
Metode
eksperimen
Kegiatan ekperimen
adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebab akibat dan pengajuan
hipotesis. Peranan metode ini adalah hanya untuk membedakan satu faktor atau
kondisi pada suatu waktu, sedangkan faktor-faktor lainnya diusahakan tidak
berubah atau tetap.
4.
Metode
Statistik
Istilah statistik
berarti pengetahuan tentang mengumpulkan, menganalisis dan menggolongkan data
sebagai dasar induksi. Metode statistik telah ada sejak lama, yaitu untuk
membantu pemimpin dan penguasa mengumpulkan data tentang penduduk, kematian,
kesehatan dan perpajakan. Metode statistik ini telah berkembang dan lebih
menarik minat lagi, sehingga metode statistik dipakai dalam kehidupan
sehari-hari misalnya perdagangan, peredaran uang dan lain sebagainya. Statistik
memungkinkan kita untuk menjelaskan sebab dan akibat dan pengaruhnya,
melukiskan tipe-tipe dari fenomena-fenomena dan kita dapat membuat
perbandingan-perbandingan dengan mempergunakan tabel-tabel dan grafik.
Statistik juga dapat meramalkan kejadian-kejadian yang akan datang dengan
tingkat ketepatan yang tinggi.
5.
Metode
Sampling
Terjadinya sampling,
yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota atau bilangan tertentu dari suatu
kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan kelompok tersebut dapat
mewakli secara keseluruhan atau tidak. Seandainya bahan yang akan kita uji itu
menunjukkan kesamaan jenisnya melalui sebuah sampel dapatlah diperoleh hasil
dengan ketepatan yang tinggi.
6.
Metode
Berpikir Reflective
Metode reflective
thinking pada umumnya melalui tahap sebagai berikut:
a. Adanya kesadaran kepada sesuatu masalah
b.
Data
yang diperoleh dan relevan yang harus dikumpulkan
c.
Data
yang terorganisasi
d.
Formulasi
Hipotesis
e.
Deduksi
Hipotesis
f.
Deduksi
harus berasal dari hipotesis
g.
Pembuktian
kebenaran verifikasi
G. Teori
Kebenaran
Menurut Endang
Saifuddin Anshari (dalam H. Mumuh M. Zakaria, 2008) Teori kebenaran dapat
ditentukan dengan:
1.
Teori
Koherensi/Konsistensi (The
Consistence/Coherence Theory of Truth)
a.
Kebenaran
ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya
yang sudah lebih lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar.
b.
Suatu
putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran) oleh
putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,diterima dan diakui
benarnya. Contoh:
“Semua manusia akan mati. Si Polan adalah seorang manusia.Si Polan pasti akan
mati.” “Sukarno adalah ayahanda Megawati. Sukarno mempunyai puteri. Megawati
adalah puteri Sukarno”. Teori ini dianut oleh mazhab idealisme. Penggagas
teori ini adalah Plato (427-347 S.M.) dan Aristoteles (384-322 S.M.),
selanjutnya dikembangkan oleh Hegel dan F.H. Bradley (1864-1924).
2.
Teori
Korespondensi (The Correspondence Theory
of Thruth):
Kebenaran adalah kesesuaian
antara pernya-taan tentang sesuatu dengan kenyataan sesu-atu itu sendiri. Contoh: “Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta”. Teori ini digagas oleh Aristoteles (384-322 S.M.),
selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand Russel (1872-1970). Penganut teori ini
adalah mazhab realisme dan materialisme.
3.
Teori
Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth):
“Kebenaran suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis”; dengan kata lain, “suatu pernyataan adalah
benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia”.
Kata kunci teori ini adalah: kegunaan (utility),
dapat dikerjakan (workability),
akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory
consequencies). Pencetus
teori ini adalah Charles S. Pierce (1839-1914) dan William James. Kritik: betapa kabur dan samarnya pengertian berguna (usefull) itu.
M. Arifin merinci
ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan,
batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana
asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan
benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang
dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat
diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya
ilmu.
Mengingat
epistemologi mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem
menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha
menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan
apa yang diketahui dibidang tertentu.
Dalam
pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang
mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga mengesankan bahwa
seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek
tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung
diabaikan.
M. Amin Abdullah
menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada
dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara
konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak
membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu,
aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau
setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak.
Namun, penyederhanaan
makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada
tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang
epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman
epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas
metode pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang
amat luas, yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan “bangunan”
pengetahuan.
Bagikan
Jenis Metoed Ilmiah dan Teori Kebenaran
4/
5
Oleh
ATLET.COM