Tuesday 18 October 2016

Ontologi : Macam-macam Ontologis, Metode Ontologis batas penejelajahan Ilmu

Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang ada. Sedangkan,  menurut istilah ontologi adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Ontologi adalah hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh..
1. Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.

2. Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.

Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
1.      Metodis; Menggunakan cara ilmiah
2.      Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
3.      Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
4.      Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
5.      Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik)
6.      Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
7.      Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

Aspek ontologi pada ilmu bahasa akan diuraikan sebagai berikut.
1.      Metodis; bahasa merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
2.      Sistematis; ilmu bahasa adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu bahasa saling berkaitan antara satu sama lain
3.      Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam bahasa saling bertautan dan tidak bertentangan
4.      Rasional; ilmu bahasa sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
5.      Komprehensif; objek dalam bahasa dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
6.      Radikal; dasar ilmu bahasa adalah aksioma-aksioma
7.      Universal; ilmu bahasa kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja.

Dalam aspek ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah pernyataan-pernyataan dalam sebuah  ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika. Selain Metafisika juga terdapat sebuah asumsi dalam aspek ontologi ini. Asumsi ini berguna ketika kita akan mengatasi suatu permasalahan. Terdapat beberapa asumsi dalam ilmu. Peluang atau yang lebih dikenal dengan kesempatan pun berkontribusi dalam aspek ontologi. Berikut paparan lebih lanjut.
  1. Metafisika
Metafisika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal nonfisik atau tidak kelihatan.  Dalam metafisika terdapat beberapa tafsiran. Tafsiran pertama yang diberikan manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat gaib (supernatural) dan wujud-wujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.

Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme, manusia percaya bahwa terdapat roh-roh yang bersifat gaib yang terdapat dalam benda-benda seperti batu, pohon, dan aiar terjun.  Sebagai lawan dari super-naturalisme maka terdapat pula paham naturalism yang menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supernatural. Materialisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri yang dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui (Suriasumantri: 64).

Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan, bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantif. Proses berpikir manusi menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Namun, apakah kebenarannya hakikat pikiran tersebut, apakah dia berbeda dengan zat yang ditelaahnya, ataukaah hanya bentuk  lain dari zat tersebut?.

Aliran monistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat. Dalam hal ini maka proses berpikir dianggap sebagai aktivitas elektrokimia dari otak. Paham tersebut ditolak oleh paham dualistik yang membedakan anatara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara substantif.

  1. Asumsi dalam Ilmu
Asumsi merupakan dugaan yang diterima sebagai dasar, atau dapat dikatakan sebagai landasan berpikir yang dianggap benar. Dalam mengembangkan asumsi harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
a.    Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoretis. Asumsi bahwa manusia dalam adminitrasi yang bersifat operasional adalah makhluk ekonomis, sosial, dan aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks.
b.    Asumsi harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keadaan yang seharusnya.

Seorang ilmuan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisi keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi yang berbeda berarti pula konsep pemikiran yang dipergunakan.

3.      Batas-batas Penjelajahan Ilmu
Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Hal tersebut didasari oleh fungsi ilmu itu sendiri, yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam penyusunan yang telah teruji kebenarannya secara empiris.

Cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cara utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpn ilmu-ilmu alam dan filsafat moral yang kemudian  berkembang menjadi cabang ilmu-ilmu sosial. Tiap cabang kemudian membuat ranting-ranting baru. Terdapat dua cabang ilmu yang memisahkannya yaitu ilmu murni dan ilmu terapan. Ilmu murni adalah kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoretis yang belum dikaitkan dengan masalah-masalah kehidupan yang bersifat praktis. Sedangkan ilmu terapan adalah aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis. Dalam ilmu murni berkembang pula ilmu social yang merupakan aplikasi konsep ilmu-ilmu sosial murni kepada suatu bidang telaahan sosial tertentu. (Suriasumantri, 2014: 93-95).


Bagikan

Jangan lewatkan

Ontologi : Macam-macam Ontologis, Metode Ontologis batas penejelajahan Ilmu
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.