Bab I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara
linguistik diterima dan secara
psikolinguistik dapat menerapkan hakikat bahasa pemerolehannya. Psikolinguistik mencoba menerapkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana
struktur ini di peroleh, di gunakan pada waktu bertuturan itu.
Membaca
merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk mendukung kemampuan
berbahasa. Syarat seorang bisa membaca adalah pemahaman atas tulisan yang digambarkan
melalui beberapa symbol. Symbol tersebut harus dikenali terlebih dahulu bentuk
terkait dengan penulisan dan kemudian bagaimana pelafalannya. Sehingga hal yang
perlu diketahui sebelum membaca adalah tulisan, grafem dan fonem, serta elemen.
Meskipun kemampuan
membaca bukanlah suatu hal kodrati. Dalam arti seseorang tidak harus bisa
membaca untuk mempertahankan hidupnya.Tetapi bagaimanapun itu, membaca
merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa
dan dipelajari oleh anak. Kerjasama antara psikologi dan linguistik setelah beberapa lama berlangsung tampaknya belum
cukup untuk dapat menerapkan hakikat bahasa sangat di perlukan. Maka, dalam
memahami betapa pentingnya mengetahui
bagaimana psikolinguistik mengantarkan sebuah kejiwaan berbahasa memaknai
sebuah ujaran dan konteks situasi yang terdapat dalam suatu tindak tutur, pada makalah ini terdapat
pembahasan tentang bagaimana sebuah kejiwaan berbahasa, yaitu dalam membaca,
disinggungkan pengertian membaca dan keterkaitannya dalam psikolinguistik.
I.2. TUJUAN
Membaca adalah
suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan
dipelajari oleh anak-anak. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum
mengajarkan membaca pada anak. Penulis akan menjelaskan tentang beberapa
tahapan dalam membaca yaitu :
1. membaca dan psikolingistik
1. membaca dan psikolingistik
2. tahap- tahap perkembangan membaca
3. menjelaskan kemampuan dan tanda tanda kesiapan
membaca
4. menjelaskan
faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
Namun, sebelumnya penulis juga akan menjelaskan tentang sejarah tulisan yang kemudian membuat seseorang harus menerjemahkan simbol-simbol tersebut dengan cara membacanya. Selain itu makalah ini di buat juga untuk memperoleh nilai kelompok dari Tugas mata kuliah PSIKOLINGUISTIK.
Namun, sebelumnya penulis juga akan menjelaskan tentang sejarah tulisan yang kemudian membuat seseorang harus menerjemahkan simbol-simbol tersebut dengan cara membacanya. Selain itu makalah ini di buat juga untuk memperoleh nilai kelompok dari Tugas mata kuliah PSIKOLINGUISTIK.
I.3. METODE PENULISAN
Sumber yang penulis pakai dalam membuat makalah ini
adalah metode Literature yang mengunakan sumber dari buku, artikel dan lain
lain.
I.4. SUMBER MAKALAH
Penulis mendapatkan sumber dari berbagai macam buku yang
berhubungan dengan keaksaraan juga artikel-artikel yang didapat dari internet .
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian membaca
Tampubolon (1953), Membaca adalah kegitan fisik dan mental untuk menemukan makna dari
tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf huruf.
Di katakan
kegiatan fisik karena bagian bagian tubuh khususnya mata yang melakukannya. Di
katakan kegiatan mental karena bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan
terlibat di dalamnya. Dari definisi ini sekiranya dapat di lihat bahwa
menemukan makna dari bacaan(tulisan) adalah tujuan utama membaca dan bukan
mengenal huruf huruf. Smith (ginting, 2005) bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman yang
tertulis.
Psikologi merupakan hal yang utama, dapat maksud proses
kognitif karena mengatur pengalaman dan perilaku pengalaman manusia. hal yang
utama di kaji oleh psikologi kognitif adalah bagaimana cara manusia memperoleh,
menafsirkan, mengatur, menyimpan, mengeluarkan dan menggunakan pengetahuannya,
termasuk perkembangan dan penggunaan pengetahuan bahasa.
Pengetahuan
bahasa mengacu pada ilmu bahasa yaitu linguistic. Linguistic lazim di artikan
sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai obyek kajiannya.
Pertama menurut obyek kajiannya, linguistic dapat di bagi 2 cabang besar, yaitu
linguistic mikro dan linguistic makro. Kedua, menurut tujuan dan kajiannya
dapat di bedakan atas 2 bidang besar yaitu linguistic teoritis dan linguistic
terapan. Ketiga, adanya yang di sebut linguistic sejarah dan sejarah
linguistic.
2.2 Pengertian
Psikolinguistik
Secara
etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistic.
Linguistic mengkaji formanya sedangkan psikologi mengkajikan perilaku berbahasa
(Chaer,2009:2). Meskipun cara dan tujuannya
berbeda, tetapi banyak juga bagian bagian obyeknya yang di kaji dengan cara
yang sama dan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan teori yang berlainan.
Psikologi
mencoba menguraikan proses proses psikologi yang berlangsung jika seseorang
mengucapkan kalimat kalimat yang di dengarkannya pada waktu berkomunikasi dan
bagaimana kemampuan berbahasa itu di peroleh manusia(Slobin,
174;Meller,1964;Slama Cazahu,1973 dalam Chaer, 2009 : 5). Maka secara teoritas tujuan utama
psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistic
diterima dan secara psikolinguistik dapat menerapkan hakikat bahasa
pemerolehannya (Chaer,2009:5). Dengan kata
lain psikolinguistik mencoba menerapkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana
struktur ini di peroleh, di gunakan pada waktu bertuturan itu. Kerjasama antara
psikologi dan linguistic setelah beberapa lama berlangsung tampaknya belum
cukup untuk dapat menerapkan hakikat bahasa tampaknya belum cukup untuk
menerapkan hakikat lain sangat di perlukan.
Disiplin psikolinguistik telah menjadi bidang ilmu yang
sangat luas dan kompleks. Karena nama psikolinguistik merupakan gabungan dari
psikologi dan linguistic maka muncul pertanyaan, apa induk disiplin
psikolinguistik, itu linguistic atau psikologi. Beberapa pakar berpendapat
psikolinguistik berinduk pada psikologi karena istilah itu merupakan nama baru
dari psikologi bahasa yang telah di kenal beberapa waktu sebelumnya.
Namun, di Amerika Serikat pada umumnya
psikolinguistik di anggap sebagai cabang dari linguistik, meskipun Noam Chomky cenderung menempatkan psikolinguistik sebagai cabang
psikologi. Di Indonesia tampaknya psikolinguistik di kembangkan di bidang
linguistic pada fakultas fakultas pendidikan bahasa, dan belum pada program non
kependidikan bahasa. Psikolinguistik yang di kembangkan dalam pendidikan bahasa
sudah seharusnya diserasikan dengan perkembangan linguistic dan perkembangan
psikologi. Lalu yang patut di kembangkan dalam pendidikan bahasa adalah
subdisiplin psikolinguistic perkembangan dan psikolinguistik pendidikan.
2.3 Sejarah Tulisan
1. Cuneiform
Huruf alfabetis yang
sekarang kita kenal telah melalui beberapa perkembangan. Tulisan awalnya dapat
ditelusuri ke tahun 3100 sebelum masehi pada bangsa sumeria yang hidup di
Mesopotamia purba diantara sungai tigris dan Euphrates ( soenjono ;wolf dkk).
Mereka menggunakan cuneiform yaitu gambar yang melambangkan benda atau konsep
dan digoreskan pada tanah liat. Bentuk cuneiform sedikit demi sedikit mulai
berubah menjadi makin abstrak, menjauh dari perwujudan benda tersebut Lihat
gambar.
Sementara itu di mesir system tulisan yang dikembangkan adalah gambar yang dikenal sebagai hieroglyph, dan di Cina dikembangkan ideologram yaitu gambar gambar yang menyimbulkan objek, kemudian ideologram ini berkembang kembali menajdi logo gram yaitu wujud simbol yang mewakili masing masing kata.
Berikut gambar Hieroglyph
2. Syllabary
Perkembangan selanjutnya adalah syllabary, yang
mewakili sebuah suku kata. Contoh yang bisa kita lihat adalah tulisan bahasa
jepang dan bahasa Jawa.
3. Alphabet
Perkembangan terakhir adalah
huruf alphabet. Asal-usul sumber huruf alafabet yang kita kenal sekarang masih
banyak menjadi perdebatan, yaitu masuk ke Italia dari Akadia atau Etrusca.
Tulisan dalam huruf alphabet berubah-rubah arahnya, dimulai dari kanan ke kiri
hingga menjadi dari kiri ke kanan pada abad ke 7. Penyebaran alphabet Latin ini
seiring dengan kekuasaaan kerajaaan Romawi. Alfabet Latin ini pun dikenal di
Indonesia karena dibawa oleh Belanda.
2.4. Grafem Dan Fonem
Grafem adalah satuan unit
terkecil sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara (huruf). Satu grafem dapat
dipetakan tepat pada satu fonem, meskipun cukup banyak sistem ejaan yang
memetakan beberapa grafem untuk satu fonem (misalnya grafem dan untuk fonem
/ŋ/) atau sebaliknya, satu grafem untuk beberapa fonem (misalnya grafem untuk
fonem /e/ dan /ə/). Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat
membedakan arti atau makna (Gleason,1961: 9). Bisa juga diartikan sebagai
lafalan/pengucapan.
Suatu system tulisan yang ideal adalah jika satu fonem diwakili oleh satu grafem. Pada bahasa Indonesia EYD secara keseluruhan sudah baik walaupun masih ada dua grafem yang mewakili satu fonem, yaitu untuk fonem (/ŋ/). Dalam kaitannya dengan membaca, korelasi antara grafem dan fonem memegang peranan penting karena makin besar korelasinya maka makin bisa dipastikan dapat memudahkan orang untuk membaca.
2.5. Elemen Pada Huruf
Huruf alphabet latin yang
kita kenal sebenarnya mempunyai elemen unik pada setiap hurufnya sehingga bisa
dibedakan antara satu sama lain. Misalnya pada huruf p, q, b, dan d sama-sama
terdapat elemen garis dan setengah lingkaran. Yang membedakan hanyalah letak
setengah lingkaran pada garis. Namun terkadang bentuk huruf tidak selalu sama,
yang paling jelas adalah perbedaan bentuk huruf kecil dan huruf capital contoh
A dan a, E dan e, G dan g. Selain itu juga perbedaan gaya tulisan, seperti :
A A A A
B B B B
Namun itu hanyalah gaya yang tidak akan mengubah bunyi
ataupun arti dari huruf tersebut.
2.6. Tahapan dalam Membaca
Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali atau
penafsiaran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf , kata, ungkapan,
frase, kalimat, dan wacana dan menghubungkannya denganbunyi dan maknanya.
Membaca adalah
kemampuan bahasa tulis yang bersifat reseptif , yaitu kemampuan yang meliputi
kegiatan kompleks dan melibatkan keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan
suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti
mengenali huruf dan kata kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta
menarik kesimpulan dari maksud bacaan.
Ada 4 tahapan dalam berbahasa yang hingga sampai saat
ini masih diangap benar, yaitu :
1.Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis
Dua tahap
pertama adalah bahasa lisan, sedangkan dua tahap terakhir adalah bahasa
tulisan. Tahap tahap yang dimunculkan dalam psikolinguistik sebelum lahir ini
ternyata merupakan landasan psikolinguistik yang kuat, karena ternyata dari apa
yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya, bahwa kompherensi lebih dahulu
dari pada produksi. Maksudnya adalah bahwa dalam tahapan bahasa anak terlebih
dahulu menangkap atau memahami apa yang orang lain katakan sebelum ia bisa
berkata seperti apa yang kita katakan.
Anak mulai
berbahasa dengan mendengarkan terlebih dahulu baru kemudian membaca dan
menulis. Tetapi dua tahapan terkahir ini bukanlah merupakan persyaratan hidup,
karena tanpa membaca dan menulis manusia masih bisa mempertahan kan hidupnya.
Namun demikian dalam pandangan masyarkat modern, membaca (dan menulis)
merupakan bagian yang tidak dapat dikesampingkan, karena tanpa dua kemampuan
ini, kita hanya akan terbatas pada apa yang ada disekitar kita saja. Oleh sebab
itu manusia modern umumnya bisa membaca dan menulis.
Dalam membaca ada dua tahapan, yaitu :
1. Tahapan Pemula
2. Tahapan Lanjut
2.6.1. Tahapan Pemula
Dalam tahap ini yang perlu dicapai adalah dari tidak bisa membaca jadi bisa
membaca. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah keteraturan bentuk
dan pola gabungan huruf. Untuk keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf
diperlukan kemampuan anak dari segi psikologi dan neurologis. Sebelum
mengajarkan membaca pada anak, dasar dasar kemampuan membaca atau kesiapan
membaca perlu dikuasai oleh anak.
1. Psikologi
a. Kemampuan Membedakan auditoral
Dari segi psikologinya anak
perlu mengembangkan kemampuan kognitifnya dalam membedakan bentuk sehingga
diperlukan bekal atensi dan motivasi. Anak anak harus belajar memahami suara
suara umum dilinngkungan mereka dan mampu membedakan suara suara tersebut.
Mereka harus memahami kosep volume, rangkaian, tekanan , tempo, pengulangan dan
kontras huruf dalam alfabet. Terutama suara suara yang dihasilkan konsonan awal
dalam kata. ( Mis: suara huruf D dan suara T, huruf M dan N ) Beberapa contoh
kegiatan untuk membedakan auditoral misalnya : guru bisa meminta anak anak
untuk memberi nama sesuatu yang dimulai dengan suara yang sama dengan namanya.
b. Kemampuan diskriminasi Visual
Anak anak harus bisa belajar
memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar gambar pada foto, lukisan dan
pantomim. Mereka harus belajar mengidentifikasi bentuk , warna warna dasar,
menggabungkan objek objek berdasarkan warna, bentuk atau ukuran. Beberapa
contoh kegiatan ini misalnya: guru bisa meminta menyalin bentuk bentuk
geometris seperti lingkaran , bujur sangkar, segitig dan busur.
c. Kemampuan membuat hubungan suara dengan simbol
Pada akhirnya anak harus
bisa mengkaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan
suara yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d disebut de dan
menetapkan suara pada awal kata ”daging ”
d. Kemampuan perseptual Motoris
Mereka harus melatih
kemampuan ini dengan cara menyusun puzzle sederhana, lukisan dengan tangan ,
membentuk tanah lihat dan keamampuan yang berhubungan dengan motorik halus. Hal
ini perlu untuk menyalin huruf dan kata untuk menulis nama mereka yang
memadukan suara. Selain itu diperlukan kemampuan asosiatif yang mengaitkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam hal ini adalah membaca dengan
menyimbolkan apa yang dia suarakan ke dalam bentuk tulisan (simbolisasi).
2. Neurologi
Dari segi neurologinya, anak
akan dapat membaca jika neuro-loginya telah memungkinkan. Maksudnya adalah
membaca dapat dilakukan jika memang anak dapat berbicara dan memenuhi
prasyarat-prasyaratnya, yaitu penguasaan system fonologi bahasa mereka,
kemampuan sintaksis, dan kemampuan semantik.
Anak-anak sebelum bisa
menulis dan membaca memiliki kemapuan subtansial yaitu berbicara dan
mendengarkan, meskipun demikian kemampuan ini harus ditingkatkan dan
diperbaiki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa membaca hanya dapat dilakukan
oleh anak yang sudah memiliki prasyarat tertentu dalam berbicara.
a. Kemampuan penguasaan system fonologi bahasa mereka adalah
kemampuan membedakan bunyi-bunyian yang ada dalam kata-kata bahasa mereka.
Artinya anak Amerika tentunya akan sadar bahwa tulisan mboten dan nguping
bukanlah kata dalam bahasa Inggris (fonologi). Maksudnya mereka akan sadar
bahwa bunyi-bunyi tertentu tidak ada dalam bahasa dia.
b. Kemampuan Sintaksis adalah kemampuan dimana seorang
anak mampu memahami tata bahasa didalam bahasanya, maksudnya seorang anak akan
menyadari bagaimana pola sebuah kalimat itu harus ada pelaku, perbuatan, dan
yang terkena perbuatan (sintaksis). Dalam bahasa Inggris maupun Indonesia
urutannya adalah Subjek + Verb ( kata kerja / predikat) + Objek.
c. Kemampuan Semantik adalah kemampuan anak untuk
membedakan kata secara terpisah ataupun gabungan. Contohnya : anak akan dapat
membedakan makna kata sapu dan saputangan.
2.6.2. Tahap Lanjutan
Pada tahap ini membaca dapat
didefinisikan sebagai suatu proses untuk menganalisa input yang berupa bahan
tertulis dan menghsailkan output yang berupa pemahaman atas bahan tersebut. Pada
tahap lanjut, yang perlu dicapai adalah pemahaman makna melalui beberapa
pemenuhan prasyarat. Yaitu :
a. kemampuan pemrosesan kata dan kalimat.
Jadi bagaimana makna kata
terkait dengan makna kata yang lain (sapu lidi vs sapu lidi), apa yang menjadi
referen pada anaphora (hendrik datang, kemudian dia pergi vs dia datang,
kemudian hendrik pergi), pengudaraan kata-kata yang ambigu dari konteks, peran
tanda baca (“Istriku, yang tinggal di Tangerang, cantik” versus istriku yang
tinggal di tangerang cantik), dan untuk bahas-bahasa yang mempunyai perbedaan
akibat waktu (tenses) (Yes, I love him vs Yes, I loved him).
b. kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam
bacaan
Seorang penulis terkadang
tidak selamanya menyatakan sesuatu secara ekspilit. Karena itu pembaca dalam
tahap ini harus bisa memahami apa yang tersirat dalam bacaan. Misalnya penulis
memberikan gambaran tentang kota besar yang suka macet dan banyak terjadi
kejahatan. Ini bisa merupakan makna tersirat dari tinggal di kota besar itu
tidak menyenangkan.
c. kemampuan untuk menangani ihwal yang baru
Terkadang ketika kita
membaca kita akan menemukan kata yang tidak biasa kita dengar atau pemakaian
berbeda pada yang biasa kita dengar. contoh kata kilir, jika biasanya digunakan
untuk tangan dan kaki. Namun kata kilir juga bisa dipadankan dengan kata lidah,
yang berarti keliru dalam berbicara.
d. kemampuan untuk memilih
Setiap orang membaca karena
ada tujuannya, sehingga dua orang yang membaca satu bacaan yang sama akan
menhgasilkan komprehensi yang berbeda juga bila tujuan membacanya berbeda.
Misalnya membaca sejarah Pangeran Diponogoro, pembaca A bertujuan mengetahui
kapan terjadinya perang tersebut, dan pembaca B ingin mengetahui tokoh tokoh
yang ada dalam perang tersebut.
2.7. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Proses mental anak ketika belajar membaca juga akan tertolong jika didukung
oleh bahan bacaan yang tepat. Bahan bacaan yang tepat untuk tahap pemula adalah
jika dilandaskan pada ilmu linguistik, psikologi, dan pendidikan. Dari segi
ilmu linguistik, bahan ajar memperhatikan keteraturan bentuk,misalnya dengan
menyajikan huruf p dan d, dalam kata papa dan dada. Papa adalah orang tua dan
dada adalah bagian tubuh. Padahal huruf yang mengikuti yaitu p dan d sama-sama
dibentuk dengan garis dan setengah lingkaran hanya berbeda pada letak setengah
lingkaran pada garis.
Dari segi ilmu psikologi dan pendidikan, seseorang akan dapat menyerap sesuatu dengan lebih mudah apabila orang itu senang melakukannya. Sehingga atmosfir dalam belajar harus dibuat menyenangkan, misalnya dengan tokoh kartun, seperti Sesame Street, dengan kata lain mencipatakan bermain sambil belajar.
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kemampuan membaca pada seorang anak, yaitu :
1. Motivasi, maksudnya adalah seorang anak yang memiliki motovasi yang kuat untuk membaca akan giat untuk belajar membaca tanpa disuruh, sehingga siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik.
2. Lingkungan keluarga, berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pembaca dini ( yang telah pandai membaca sebelum masuk sekolah) berasal dari keluarga yang orangtuanya sering membaca , sehingga membuat anak gemar membaca.
3. Bahan bacaan. Cerita yang mudah dipahami akan membuat seorang anak menyukai isi ceritanya dan meningkatkan minat mereka untuk terus membaca. Bahan bacaan terkait dengan dua hal topik dan isi. Anak-anak harus di perkenalkan dengan topik yang berbeda tetapi bisa menarik minat mereka untuk membaca.
2.8. Metode Pengajaran
Membaca
A. Metode Pengajaran Membaca
Secara umum ada
dua metode pengajaran membaca, yaitu proses membaca mulai dari bawah ke atas (Buttom Up) dan proses membaca mulai
dari atas ke bawah (Top Down). Metode
yang biasa digunakan adalah metode dari bawah ke atas, yaitu dimulai dari
huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Atau biasa dikenal dengan metode eja.
Sedangkan metode
dari atas ke bawah adalah dimulai dari sebuah kalimat,kata, suku kata, dan
kata. Metode ini jika dikembangkan untuk pengajaran anak biasanya akan
dipadankan dengan gambar yang dideksripsikan oleh kalimat tersebut.
Kedua metode
tersebut dalam sebuah penelitian mutahir menunjuukkan bahwa kedua-duanya tampak
berperan dalam proses mambaca (Adam, 1990; Nicholshon, 1991; Velutino, 1991,
dalam Gelason dan Ratner 1998:424)
Ada beberapa
model membaca, yaitu :
1. Model Atas ke
Bawah (MMAB)
MMAB sering juga
dinamakan model berdasar konteks, jadi mengasumsikan bahwa informasi tentang
konteks dapat secara langsung mempengaruhi caranya kata dipersepsi dan di
interprestasi. Informasi dari konteks ini menyangkut beberapa hal, yaitu :
a. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya. Pengetahuan ini bisa bersifat umum misalnya pengetahuan yang dimiliki siapapun tentang roda yang berbentuk lingkaran, dan api itu bersifat panas. Sedangkan pengetahuan yang bersifat khusus itu misalnnya tentang pengetahuan terhadap suatu berita tertentu.
b. pembaca menggunakan strategi yang didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk mendapatkan makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi berbahasa yang ia miliki. Misalnya pada sintaksis seperti menghilangkan prefiks Men pada kalimat pasif atau pada semantik seperti kalimat orang yang mengawini dan menceraikan pada bahasa indonesia itu sudah pasti subjeknya pria.
Jadi menurut
model membaca atas-bawah dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, pengalaman dan
kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan. Model
membaca atas bawah ini berpijak pada teori psikolinguistik, mengenai interaksi
antara pikiran dan bahasa.
2. Model Bawah
ke Atas (MMBA)
Landasan dasar untuk model bawah ke atas sering disebut juga sebagai model
yang berdasarkan stimulus, adalah bahwa rekognisi (pengenalan) kata tergantung
terutama pada informasi yang ada pada kata itu, bukan pada konteksnya. Karena
itu pengenalan kata terjadi secara diskrit( kata itu sendiri) dan hierarki (
bertahap).
Dalam MMBA ada
tiga tahap yaitu :
a. Tahap Sensori
yaitu : kita mengkaji fitur visual kata itu bentuk bentuk hurufnya.
b. Tahap Rekognisi yaitu : pengakuan apakah paduan huruf huruf dari kata tersebut sudah memenuhi aturan fonotatik bahasa indonesia sehingga bentuk itu bisa disebut sebagai kata. maksudnya bunyinya memang merupakan bunyi dari fonotatik bahasa indonesia. Dari pengetahuan ini kita bisa tahu bahwa kata Oiva bukanlah kata dari kata indonesia, karena bunyi ( ) tidak ada pada bahasa kita.
b. Tahap Rekognisi yaitu : pengakuan apakah paduan huruf huruf dari kata tersebut sudah memenuhi aturan fonotatik bahasa indonesia sehingga bentuk itu bisa disebut sebagai kata. maksudnya bunyinya memang merupakan bunyi dari fonotatik bahasa indonesia. Dari pengetahuan ini kita bisa tahu bahwa kata Oiva bukanlah kata dari kata indonesia, karena bunyi ( ) tidak ada pada bahasa kita.
c. Tahap
Interprestasi yaitu : Proses pemahaman makna dari sebuah kata. Contohnya Padi
kita paham makna dari kata padi itu.
Jelaslah bahwa
menurut MMBA teks bacaan itu diproses oleh pembaca tanpa informasi yang
mendahuluinya, tanpa ada hubungannya dengan isi bacaan. Tapi tentu saja membaca
bukan berhenti pada rekognisi kata demi kata saja , tetapi mencakup keterkaitan
antar satu kata dengan kata yang lain .
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bahasa adalah
medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan
pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti
untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Ada 4 tahapan dalam berbahasa
yang hingga sampai saat ini masih diangap benar, yaitu :
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis
Membaca adalah
kemampuan bahasa tulis yang bersifat reseptif , yaitu kemampuan yang meliputi
kegiatan kompleks dan melibatkan keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan
suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti
mengenali huruf dan kata kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta
menarik kesimpulan dari maksud bacaan.
Secara umum ada
dua metode pengajaran membaca, yaitu proses membaca mulai dari bawah ke atas
dan proses membaca mulai dari atas ke bawah. Metode yang biasa digunakan adalah
metode dari bawah ke atas, yaitu dimulai dari huruf, suku kata, kata, dan
kalimat. Atau biasa dikenal dengan metode eja. Sedangkan metode dari atas ke
bawah adalah dimulai dari sebuah kalimat,kata, suku kata, dan kata. Metode ini
jika dikembangkan untuk pengajaran anak biasanya akan dipadankan dengan gambar
yang dideksripsikan oleh kalimat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik : Kajian Teoretik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Dhieni, Nurbiana
dkk. Metode pengembangan Bahasa . Jakarta:
Universitas terbuka
Surastina. 2010.
Psikolinguistik :Sebuah Pengantar.
Yogyakarta : Paradigma Indonesia
Bagikan
Pengerti Psikolinguistik, Membaca dan Perkembangan tulisan
4/
5
Oleh
ATLET.COM