AGAMA, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
A. Pengantar
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari,
menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiganya
memunyai cara-cara tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan
kebenaran.
Ada yang mengatakan bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama
memiliki hubungan. Baik filsafat, ilmu
pengetahuan dan agama mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh kebenaran.
Manusia selalu mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang disaksikannya.Dia
tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud dengan sendirinya secara
kebetulan saja, tanpa sebab.
Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap
sebab-sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini
muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk
bertanya “Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling
berkaitan yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu
terwujud dengan sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang
lain?”
Dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana
mengenai filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.Dimana dalam makalah ini penulis
berusaha memecahkan dua masalah tentang kedudukan filsafat, ilmu pengetahuan
dan agama serta bagaimana relasi antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.
B. Hakikat Filsafat
Secara
etimologis filsafat berasal dari kata yunani philia love, cinta dan sophia
wisdom, kebijaksanaan. Jadi ditinjau dari pada arti etimologis istilah ini
berarti cinta pada kebjaksanaan.
Pengertian
filsafat secara garis besar adalah ilmu yang mendasari suatu kosep berfikir
manusia dengan sungguh-sungguh untuk menemukan suatu kebenaran yang kemudian
dijadikan sebagai pandangan hidupnya. Sedangkan secara khusus filsafat adalah
suatu sikap atau tindakan yang lahir dari kesadaran dan kedewasaan seseorang
dalam memikiran segala sesuatu secara mendalam dengan melihat semuanya dari
berbagai sudut pandang dan korelasinya.
Seperti
soal agama, maka soal filsafat juga banyak tergantung kepada sudut pandangnya.
Tetapi bagi kami sudut pandang yang bisa berhasil memuaskan dan yang tepat,
yang bsia memberi penyelesaian ialah soal yang sudah dimajukan oleh Fredrich
Engels pada abad lampau. Menurut Engels, ahli filsafat bisa dibagi dua golongan,
yakni golongan materialis dan golongan idealis. Di antara dua golongan besar
yang merupakan dua-kutub yang saling bertentangan itu terdapatlah pelbagai
golongan, yang kalau dikupas lebih dalam sebenarnya termasuk ke dalam salah
satu golongan, materialis atau idealis. Ahli-ahli filsafat itu terpecah dua
sebagai akibat pertentangan jawaban yang diberikan oleh mereka atas soal
filsafat, yang berbunyi: “Manakah yang asal (primus) dan manakah yang turunan
(derivative) diantara benda (matter) dan paham (idea)? Di alam raya terdapat
soal benda dan kodrat yang menggerakkan benda itu. Di dalam jenis hewan soal
itu berubah menjadi soal badan dan jiwa (nyawa-naluri). Di dalam jenis manusia,
soal itu berubah-bertukar menjadi soal jasmani dan rohani-pikiran. Ahli filsafat
bertanya, manakah yang asal, benda atau kodrat, badan atau jiwa, dan jasmani
atau rohani?
C. Hakikat Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali".
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Baik ilmu, filsafat maupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan
dengan satu hal yang sama), yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya
sendiri mencari kebenarantentang alam dan manusia Filsafat dengan wataknya
sendiri pula menghampiri kebenaran, baik tentang alam, manusia dan
Tuhan.Demikian pula dengan agama, dengan karakteristiknya pula memberikan
jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam,
manusia dan Tuhan.
Walau demikian baik ilmu, filsafat, maupun agama juga mempunyai hubungan
lain. Yaitu ketiganya dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada
manusia.Karena setiap masalah yang di hadapi hadapi oleh manusia sangat bermcam-macam.
Ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan agama seperti contohnya cara
kerja mesin yang dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan.
Adapun soal agama, kita semua kurang lebih sudah mengetahuinya. Soal itu
berpusat kepada: Dari mana asalnya dan bagaimana akhirnya Bumi, Bintang, dan
langit pendeknya alam raya ini?
Dari
mana asal dan bagaimana akhirnya manusia?Tiga agama ketuhanan, yakni agama
Yahudi, Nasrani, dan Islam mendasarkan semua asal dan akhir itu kepada kodrat
Tuhan.Alam raya itu sekaligus difirmankan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.Manusia
adalah ciptaan Tuhan.Nasib manusia oleh tiga agama diserahkan kepada kemauan
Tuhan.Nasib itu dipertimbangkan pula oleh amal dan ibadahnya. Amal dan ibadahnya itulah setelah hari kiamat yang akan ikut menentukan,
apakah pahala atau hukuman yang akan diterimanya di akhirat. Yang beribadah dan
bernasib baik akan diampuni dosanya dan masuk surga. Yang bersalah atau
bernasib malang akan dimasukkan ke dalam neraka. Ringkasnya ketiga agama itu
tidak saja menetapkan awal dan akhir manusia tetapi juga menetapkan jalan buat
mendapatkan surga dan menghindarkan neraka.
Agama Hindu dan Budha mempunyai pengertian lain tentang awal dan akhir
manusia itu. Budha, Sidharta Gautama, mengemukakan lima jalan untuk mendapatkan
surga. Berbeda daripada tiga agama tersebut diatas, agama Budha lebih
menggantungkan akhir manusia itu kepada tanggung jawab diri sendiri dan
perbuatan diri sendiri.
Semua itu sudah kita ketahui.Mana yang betul tentulah terserah kepada
masing-masing penganut agama itu sendiri. Yang benar menurut satu belum tentu
benar menurut yang lain. Bagi saya agama itu tetap “eine Privatsache”
atau kepercayaan masing-masing orang.Dengan majunya ilmu filsafat, logika, dan
matematika maka ahli agama pun memakai ilmu ini buat menjelaskan sendi
agamanya. Tetapi, yang jelas bagi penganut satu agama belum tentu jelas bagi
penganut agama lain. Agama tinggal tetap sesuatu kepercayaan bagi masing-masing
orang.
D. Hakikat Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan, studi dan
pengalaman yang disusun dalam satu system untuk menentukan hakikat dan prinsip
tentang hal yang sedang dipelajari. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat dikatakan
sebagai pengetahuan yang ilmiah.Pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis untuk memperoleh suatu kebenaran.Ilmu pengetahuan merupakan ilmu
pasti.eksak, terorganisir, dan riil.
Tepat
juga kesimpulan Engels yang mengatakan bahwa dalam perkembangan ratusan tahun
itu, maka ilmu filsafat sudah berpecahan dan berpisahan menjadi ilmu
pengetahuan empirik, Wissenschafft, Science, yakni
pelbagai ilmu tentang sejarah dan pelbagai ilmu tentang alam raya (natura).Sisa
dari filsafat itu menurut Engels, ialah logika dan dialektika.
Kembali
lagi kita kepada ilmu pengetahuan empirik awalnya, ke zaman Yunani dan dari
sini secepat kilat kita berlari ke zaman modern.Kemudian dapatlah kita menoleh
sebentar kepada logika dan dialektika yang oleh Engels disebut sebagai sisanya
filsafat itu.
Syahdan,
dalam kurang lebih 2500 tahun perantauannya, maka sains, ilmu pengetahuan
empirik, yang dianggap sebagai anak dari filsafat dan cucu dari agama, yang
sampai sekarang sebagian besarnya belum lagi lepas dari ari-ari (tali pusat)
ibu dan neneknya, ilmu pengetahuan empirik tentang alam raya –dunia terbesar
yang tidak tampak semuanya karena besarnya itu- sudah sampai ke dunai terkecil
yang tidak tampak oleh mata, karena kecilnya. Satu‘universe’ (alam) yang dapat ‘universe’. Kini kita mengenal
adanya planet-planet dan tatasurya lain. Kita juga mengenal alam molekul dan
atom Molekul dan atom yang tercipta dalam hipotesis atau dugaan kedua
materialis dialektis, Heraklitos dan Demokritos itu sekarang bisa dibuktikan
oleh mata dengan bantuan teropong.Bahkan ilmu pengetahuan empirik sudah sampai
kepada benda yang lebih kecil lagi.
Atom yang semula diduga tak dapat dibagi-bagi lagi itu ternyata masih bisa
dibagi menjadi dua, yakni proton dan elektron. Seperti bumi dan matahari;
seperti satu tatasurya lainnya, seperti universe dengan universe lain di alam
raya ini diikat oleh kodrat Tolak dan Tarik (repultion dan atraction),
yang boleh dikatakan masih termasuk jenisnya kodrat tesis dan anti tesis dalam
dialektika, maka demikian juga dua dunia terkecil tadi, yaitu proton dan
elektron tadi, diikat oleh kodrat Tolak dan Tarik menjadi satu atom satu
sintesis atom. Ringkasnya sintesis dari proton dan elektron adalah atom;
sintesis atom dan atom ialah molekul; sintesis molekul dan molekul yakni badan,
sintesis dari bumi dan matahari ialah tatasurya, sintesis dari satu tata surya dengan tatasurya
lainnya serta akhirnya satu ‘universe’ dengan ‘universe’ lainnya, ialah alam raya kita ini.
Dalam 2500 tahun ini, menurut dialektika dan hukumnya tesis, anti tesis,
dan sintesis, maka otak manusia sudah mengenal alam terbesar, yakni alam raya
kita dan alam terkecil ialah elektron dan proton tadi.
Bagikan
AGAMA, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
4/
5
Oleh
ATLET.COM