Tuesday, 18 October 2016

AGAMA, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

AGAMA, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

A.      Pengantar
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiganya memunyai cara-cara tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran.
 

Ada yang mengatakan bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama memiliki hubungan.  Baik filsafat, ilmu pengetahuan dan agama mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh kebenaran. Manusia selalu mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang disaksikannya.Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab.

Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya “Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu terwujud dengan sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”

Dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana mengenai filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.Dimana dalam makalah ini penulis berusaha memecahkan dua masalah tentang kedudukan filsafat, ilmu pengetahuan dan agama serta bagaimana relasi antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.



B.   Hakikat Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari kata yunani philia love, cinta dan sophia wisdom, kebijaksanaan. Jadi ditinjau dari pada arti etimologis istilah ini berarti cinta pada kebjaksanaan.

Pengertian filsafat secara garis besar adalah ilmu yang mendasari suatu kosep berfikir manusia dengan sungguh-sungguh untuk menemukan suatu kebenaran yang kemudian dijadikan sebagai pandangan hidupnya. Sedangkan secara khusus filsafat adalah suatu sikap atau tindakan yang lahir dari kesadaran dan kedewasaan seseorang dalam memikiran segala sesuatu secara mendalam dengan melihat semuanya dari berbagai sudut pandang dan korelasinya.

Seperti soal agama, maka soal filsafat juga banyak tergantung kepada sudut pandangnya. Tetapi bagi kami sudut pandang yang bisa berhasil memuaskan dan yang tepat, yang bsia memberi penyelesaian ialah soal yang sudah dimajukan oleh Fredrich Engels pada abad lampau. Menurut Engels, ahli filsafat bisa dibagi dua golongan, yakni golongan materialis dan golongan idealis. Di antara dua golongan besar yang merupakan dua-kutub yang saling bertentangan itu terdapatlah pelbagai golongan, yang kalau dikupas lebih dalam sebenarnya termasuk ke dalam salah satu golongan, materialis atau idealis. Ahli-ahli filsafat itu terpecah dua sebagai akibat pertentangan jawaban yang diberikan oleh mereka atas soal filsafat, yang berbunyi: “Manakah yang asal (primus) dan manakah yang turunan (derivative) diantara benda (matter) dan paham (idea)? Di alam raya terdapat soal benda dan kodrat yang menggerakkan benda itu. Di dalam jenis hewan soal itu berubah menjadi soal badan dan jiwa (nyawa-naluri). Di dalam jenis manusia, soal itu berubah-bertukar menjadi soal jasmani dan rohani-pikiran. Ahli filsafat bertanya, manakah yang asal, benda atau kodrat, badan atau jiwa, dan jasmani atau rohani?


C.  Hakikat Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskertaāgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Baik ilmu, filsafat maupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan satu hal yang sama), yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenarantentang alam dan manusia Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran, baik tentang alam, manusia dan Tuhan.Demikian pula dengan agama, dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Tuhan.

Walau demikian baik ilmu, filsafat, maupun agama juga mempunyai hubungan lain. Yaitu ketiganya dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada manusia.Karena setiap masalah yang di hadapi hadapi oleh manusia sangat bermcam-macam. Ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan agama seperti contohnya cara kerja mesin yang dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan.

Adapun soal agama, kita semua kurang lebih sudah mengetahuinya. Soal itu berpusat kepada: Dari mana asalnya dan bagaimana akhirnya Bumi, Bintang, dan langit pendeknya alam raya ini?

Dari mana asal dan bagaimana akhirnya manusia?Tiga agama ketuhanan, yakni agama Yahudi, Nasrani, dan Islam mendasarkan semua asal dan akhir itu kepada kodrat Tuhan.Alam raya itu sekaligus difirmankan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.Manusia adalah ciptaan Tuhan.Nasib manusia oleh tiga agama diserahkan kepada kemauan Tuhan.Nasib itu dipertimbangkan pula oleh amal dan ibadahnya. Amal dan ibadahnya itulah setelah hari kiamat yang akan ikut menentukan, apakah pahala atau hukuman yang akan diterimanya di akhirat. Yang beribadah dan bernasib baik akan diampuni dosanya dan masuk surga. Yang bersalah atau bernasib malang akan dimasukkan ke dalam neraka. Ringkasnya ketiga agama itu tidak saja menetapkan awal dan akhir manusia tetapi juga menetapkan jalan buat mendapatkan surga dan menghindarkan neraka.

Agama Hindu dan Budha mempunyai pengertian lain tentang awal dan akhir manusia itu. Budha, Sidharta Gautama, mengemukakan lima jalan untuk mendapatkan surga. Berbeda daripada tiga agama tersebut diatas, agama Budha lebih menggantungkan akhir manusia itu kepada tanggung jawab diri sendiri dan perbuatan diri sendiri.

Semua itu sudah kita ketahui.Mana yang betul tentulah terserah kepada masing-masing penganut agama itu sendiri. Yang benar menurut satu belum tentu benar menurut yang lain. Bagi saya agama itu tetap “eine Privatsache” atau kepercayaan masing-masing orang.Dengan majunya ilmu filsafat, logika, dan matematika maka ahli agama pun memakai ilmu ini buat menjelaskan sendi agamanya. Tetapi, yang jelas bagi penganut satu agama belum tentu jelas bagi penganut agama lain. Agama tinggal tetap sesuatu kepercayaan bagi masing-masing orang.

D.   Hakikat Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman yang disusun dalam satu system untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah.Pengetahuan yang telah disusun secara sistematis untuk memperoleh suatu kebenaran.Ilmu pengetahuan merupakan ilmu pasti.eksak, terorganisir, dan riil.

Tepat juga kesimpulan Engels yang mengatakan bahwa dalam perkembangan ratusan tahun itu, maka ilmu filsafat sudah berpecahan dan berpisahan menjadi ilmu pengetahuan empirik, WissenschafftScience, yakni pelbagai ilmu tentang sejarah dan pelbagai ilmu tentang alam raya (natura).Sisa dari filsafat itu menurut Engels, ialah logika dan dialektika.

Kembali lagi kita kepada ilmu pengetahuan empirik awalnya, ke zaman Yunani dan dari sini secepat kilat kita berlari ke zaman modern.Kemudian dapatlah kita menoleh sebentar kepada logika dan dialektika yang oleh Engels disebut sebagai sisanya filsafat itu.

Syahdan, dalam kurang lebih 2500 tahun perantauannya, maka sains, ilmu pengetahuan empirik, yang dianggap sebagai anak dari filsafat dan cucu dari agama, yang sampai sekarang sebagian besarnya belum lagi lepas dari ari-ari (tali pusat) ibu dan neneknya, ilmu pengetahuan empirik tentang alam raya –dunia terbesar yang tidak tampak semuanya karena besarnya itu- sudah sampai ke dunai terkecil yang tidak tampak oleh mata, karena kecilnya. Satu‘universe’ (alam) yang dapat ‘universe’. Kini kita mengenal adanya planet-planet dan tatasurya lain. Kita juga mengenal alam molekul dan atom Molekul dan atom yang tercipta dalam hipotesis atau dugaan kedua materialis dialektis, Heraklitos dan Demokritos itu sekarang bisa dibuktikan oleh mata dengan bantuan teropong.Bahkan ilmu pengetahuan empirik sudah sampai kepada benda yang lebih kecil lagi.

Atom yang semula diduga tak dapat dibagi-bagi lagi itu ternyata masih bisa dibagi menjadi dua, yakni proton dan elektron. Seperti bumi dan matahari; seperti satu tatasurya lainnya, seperti universe dengan universe lain di alam raya ini diikat oleh kodrat Tolak dan Tarik (repultion dan atraction), yang boleh dikatakan masih termasuk jenisnya kodrat tesis dan anti tesis dalam dialektika, maka demikian juga dua dunia terkecil tadi, yaitu proton dan elektron tadi, diikat oleh kodrat Tolak dan Tarik menjadi satu atom satu sintesis atom. Ringkasnya sintesis dari proton dan elektron adalah atom; sintesis atom dan atom ialah molekul; sintesis molekul dan molekul yakni badan, sintesis dari bumi dan matahari ialah tatasurya, sintesis dari satu tata surya dengan tatasurya lainnya serta akhirnya satu ‘universe’  dengan  ‘universe’  lainnya, ialah alam raya kita ini.


Dalam 2500 tahun ini, menurut dialektika dan hukumnya tesis, anti tesis, dan sintesis, maka otak manusia sudah mengenal alam terbesar, yakni alam raya kita dan alam terkecil ialah elektron dan proton tadi.

Bagikan

Jangan lewatkan

AGAMA, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.