Friday, 7 October 2016

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA






  
 

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA

A.      PENDAHULUAN

Karya sastra lahir dan berkembang dalam masyarakat. Sastra mengangkat fenomena-fenomena yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Waluyo dalam Akbar, Winarni dan Andayani (2013) menyatakan bahwa latar belakang yang ditampilkan dalam karya sastra meliputi tata cara kehidupan, adat-istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, cara berpikir, cara memandang sesuatu, dan sebagainya. Lebih lanjut, Sardjono dalam Syahfitri (2015) mengungkapkan bahwa karya sastra merupakan terjemahan perjalanan hidup manusia ketika manusia bersentuhan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya.
Menurut Fananie dalam Septiningsih (2015), sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang mampu mengungkapkan aspek estetis, baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Hal itu berarti karya sastra diciptakan pengarang tidak tanpa alasan. Pengarang menciptakan karya sastra karena pengarang ingin mengemukakan pengalaman hidup pengarang atau orang lain melalui perenungan, penghayatan, dan penjiwaan. Apa yang ditulis oleh pengarang tersebut dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui bagaimana manusia menyikapi berbagai masalah kehidupan. Dengan demikian karya sastra dapat dikatakan sebagai produk kehidupan yang mengandung nilai sosial budaya. Oleh karena itu, karya sastra dapat dipandang dari segi sosiologi.
Novel sebagai salah satu karya sastra menampilkan sebuah dunia yang mengemas model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui unsur-unsur seperti plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan sebagainya yang kesemuanya bersifat imajinatif (Nugiyantoro, 2007). Dewasa ini novel telah banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat, dari usia remaja hingga dewasa karena tema yang diangkat pada novel biasanya dekat dengan pembaca, tokoh-tokoh yang menarik dan inspiratif dengan kisah yang menarik. Novel terasa sangat nyata dan hidup karena jalinan hubungan antar tokoh, tempat dan peristiwa yang benar-benar ada atau pernah terjadi dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian kajian sosiologi sastra dalam novel dapat membantu pembaca memahami aspek kemasyarakatan pengarang, pembaca, dan gejala sosial yang ada dalam suatu novel.
Alasan pemilihan novel Cinta di Ujung Sajadah karena novel ini tidak hanya mementingkan romantisme cinta antara laki-laki dan perempuan saja, tetapi berbicara tentang cinta yang lebih luas. Cinta yang menyentuh kehidupan kita sehari-hari .Cinta seorang ibu yang terkadang sulit dimaknai oleh seorang anak.Novel ini membuat pembacanya mengikuti suasana novel. Sehingga tidak jarang ada bagian kisah yang membuat pembaca menguras air mata. Kisahnya yang sangat dramatis terasa begitu ringan dibaca, menarik, tetapi tidak mengurangi hikmah-hikmah yang terkandung dalam novel tersebut. Novel ini pun tidak hanya menghibur pembacanya, tapi juga dapat menjadi teladan bagi para pembacanya.

B.       Pembahasan

1.        Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra terdiri dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi mempunyai dua akar kata yaitu socius (dari bahasa latin) yang berarti ‘teman’ dan logos yang berarti ‘ilmu tentang’. Secara harfiah, sosiologi berarti ‘ilmu tentang pertemanan’. Sosiologi juga sering disebut sebagai kajian tentang masyarakat atau kajian tentang kehidupan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI), sosiologi didefiniskan sebagai pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya sedangkan sosiologi sastra merupakan sastra karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.
Untuk memahami karya sastra secara lengkap, Grebstein dalam Damono (1978) menyatakan bahwa karya sastra tidak dapat dipahami selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan, kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya. Lebih lanjut Grebstein dalam Damono (1978) juga mengungkapkan bahwa sosiologi sastra berusaha dengan manusia dalam masyarakat dalam usaha manusia menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Maka karya sastra perlu dipelajari dalam konteks yang seluas-luasnya. Karya sastra itu sendiri merupakan objek kultural yang rumit atau kompleks dan bagaimanapun, karya sastra bukan suatu gejala yang tersendiri. Menurut Damono (1978) perbedaan yang ada antara sosiologi dan sastra adalah sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan karya sastra menyusup menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya. Sosiologi bersifat kognitif, sedang sastra bersifat afektif.
Wellek dan Warren dalam Muslimin (2011) membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi. Pertama, sosiologi pengarang, yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang. Kedua, sosiologi karya sastra, yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra. Yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya. Ketiga, sosiologi sastra yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.
Dalam novel Cinta di Ujung Sajadah dapat ditemukan berbagai masalah sosial yang terkandung didalamnya. Nilai sosial tersebut meliputi nilai-nilai keagamaan/religi, nilai-nilai moral serta nilai-nilai sosial.

2.        Nilai–nalai Keagamaan/Religi

Nilai-nilai religi dalam novel ini nampak dalam beberapa bagian dari novel ini. Misalnya cuplikan ketika tokoh utama Cinta berada di Masjid Nabawi, Madinah berikut.
Sepeti tidak percaya bisa berdiri sedekat itu dengan jasad Nabi yang dicintaianya. Juga Abu Bakar dan Umar, yang disalaminya dengan sepenuh hati. Berkali-kali perempuan muda itu menyapa dan bershalawat, hingga langkahnya menjauhi Raudhah.” (Nadia, 2012: 4)
atau ketika tokoh Iwan dengan gaya seorang ustadz tengah memberikan nasihat kepada Cinta seperti dalam cuplikan berikut.
Ada tiga perkara, yang akan menolong orang yang sudah meninggal. Pertama; amal jariyah. Kedua; ilmu yang bermanfaat. Dan ketiga, ananda Cinta yang baik...,’ Iwan menatap Cinta dengan pandangan kebapakan, “ketiga adalah anak yang salih atau salihat!” (Nadia, 2012: 101)

Nilai religi juga terdapat dalam cuplikan berikut.
...Tetapi nasihat yang diberikan sebelum meninggal, telah menjaga laki-laki yang kini menjadi suaminya, untuk hanya berada di jalur yang Allah izinkan” (Nadia, 2012: 268)
Seburuk apapun yang kamu lakukan, Nak...ingatlah kamu menyandang nama Muhammad!”. (Nadia, 2012: 268)

3.        Nilai Moral

Nilai moral yang terdapat dalam novel ini antara lain:
a.         Bersikap ramah dan mengucapkan salam saat bertemu orang lain
Assalamu’alaikum!”
Cinta tergeragap. Kaget dengan teguran cowok yang tiba-tiba sudah dihadapannya.
“Makky Matahari Muhammad”
Cinta terpesona pada keramahan yang tiba-tiba muncl dihadapannya, meski cowok itu sama sekali tidak mengulurkan tangan.”(Nadia, 2012: 41)

b.        Berbakti kepada orang tua
“Duh, Ibu! Bakti seperti apa yang bisa Ananda persembahkan? Cukupkah dengan doa salat?” (Nadia, 2012: 103)

c.         Bersikap santun saat berbicara dengan orang lain terutama yang lebih tua.
“Kalau orang tua bicara, jaga sikapmu!” (Nadia, 2012: 70)

d.        Menjadi orang yang bijaksana
“Belakangan cinta dekat dengan Tante Rini, yang dengan tangan terbuka menerima kehadiran gadis itu dalam keluarga mereka......Dan setiap ibu barangkali akan bersikap serupa. Berusaha bijak dan menganggap teman anak-anak sebagai anak-anaknya sendiri” (Nadia, 2012: 48)

4.        Nilai Sosial

Beberapa nilai sosial muncul dalam novel ini. Misalnya agar kita harus saling menolong dan peduli terhadap sesama, meskipun kepada orang yang baru kita kenal, seperi nampak pada nampak dalam cuplikan berikut.
Obrolan anak-anak di kantin beralih ke masalah lain. Ke masalah Mirna yang sudah lima hari tidak masuk sekolah.
“Kenapa, ya?””
“Mungkin sakit?”
“Harusnya kita tengok. Ujian sudah dekat. ...” (Nadia, 2012: 101)
“Hati Cinta berdetak. Terharu dengan kebaikan si Ibu. Bukan hanya peduli, kini bahkan menawari Cinta tempat menginap” (Nadia, 2012: 197)
Cinta benar-benar terharu. Teman-temanya mau bersusah payah datang, keluar ongkos dan biaya sendiri selama di Jogja. Sedang Adji semula sempat pamit untuk mencari losmen yang lebih murah, tapi Makky dengan sigap menawarkan cuwok itu untuk tidur dikamarnya.” (Nadia, 2012: 239-240)

C.      KESIMPULAN

Berdasrkan kajian sosiologi sastra dalam novel Cinta di Ujung Sajadah, dapat diperoleh nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai berikut.
a.         Nilai religi, yaitu ajakan untuk taat dan patuh terhadap perintah tuhan yang maha agung, Allah swt. serta menjadikan Nabi Muhammad saw. sebagai contoh dalam menjalankan kehidupan di dunia.
b.        Nilai moral, yaitu selalu bersikap ramah serta mengucap salah saat bertemu orang lain, berbakti kepada orang tua, bersikap santun kepada orang lain terutama yang lebih tua dan agar menjadi orang yang bijaksana.
c.         Nilai sosial, yaitu saling menolong dan peduli terhadap sesama, meskipun kepada orang yang baru kita kenal.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar S, Winarni R dan Andayani. 2013. Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Dalam Novel ‘Tuan Guru” Karya Salman Faris. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 1, No 1, 2013. https://jurnal.pasca.uns.ac.id. [1 Mei 2016]
Damono SP. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Depdikbud.
Muslimin. 2011. Modernisasi dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane “Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol 1 No 1 Mei 2011. http://repository.ung.ac.id. [1 Mei 2016]
Nadia A. 2012. Cinta Diujung Sajadah. Jakarta: Republika.
Nugiyantoro B. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Septiningsih L. 2015. Membangun Karakter Bangsa Berbasis Sastra: Kajian Terhadap Materi Karya Sastra Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol.21 No.1 April 2015. http://jurnaldikbud. kemdikbud.go.id. [1 Mei 2016]
Syahfitri N. 2015. Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia (Kajian Sosoiologi Sastra). Prosiding Seminar Kebahasaan dan Kesastraan Indonesia 2015. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Bagikan

Jangan lewatkan

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL CINTA DI UJUNG SAJADAH KARYA ASMA NADIA
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.