Friday, 7 October 2016

MENULIS KREATIF CERPEN BERBASIS KARAKTER DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTAL LEARNING




 


  
MENULIS KREATIF CERPEN BERBASIS KARAKTER DENGAN
PENDEKATAN EXPERIENTAL LEARNING


I.              PENDAHULUAN
Keterampilan menulis cerpen merupakan keterampilan menuliskan kejadian yang diinterpretasikan pengarang terhadap hal yang dilihat atau dialami. Kehidupan yang digambarkan dalam cerpen bukan kehidupan yang sebenarnya, melainkan kehidupan menurut pengarang yang menulis cerpen. Menulis cerpen memberi kesempatan kepada seseorang untuk berimajinasi dan berkreasi. Penulis dapat menciptakan tokoh sesuai dengan karakteristik yang diinginkan, menentukan nasib tokoh, bahkan menentukan kehidupan dan kematian tokoh, serta menyelipkan pesan-pesan moral dalam cerpen. Dengan demikian pembelajaran menulis cerpen dapat diintegrasikan dengan pendidikan karakter. Pengintegrasian karakter melalui pemilihan jenis karakter yang akan dikembangkan melalui tema, penokohan, maupun amanat cerita.

Pembelajaran menulis cerpen dianggap sebagai kegiatan yang sulit dan membosankan. Siswanto (2008: 171) menyatakan bahwa di lembaga pendidikan, penulisan kreatif sastra kurang mendapat perhatian khusus. Menulis karya sastra bagi siswa merupakan kegiatan yang sangat berat. Faktor lain yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis kreatif cerpen yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide. Hal yang terjadi siswa hanya bisa menulis cerita pengalaman, bukan cerpen. Berkaitan dengan paparan di atas, hal yang paling penting dalam pembelajaran menulis adalah menciptakan prosedur belajar yang menyenangkan dan lebih melibatkan diri siswa, artinya peserta didik tidaklah hanya dijejali dengan produk jadi, tetapi juga harus diberi bantuan untuk berpikir kreatif. Salah satu upayanya adalah dengan menggunakan pendekatan atau teknik pembelajaran yang bervariasi, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan experiental learning.

Berdasarkan pemaparan di atas, ada dua permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini:
(1)          Bagaimanakah menulis kreatif cerpen yang berbasis karakter?
(2)          Bagaimanakah prosedur pembelajaran menulis kreatif cerpen dengan menggunakan pendekatan experiental learning?

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis kreatif cerpen yang berbasis karakter dan mendeskripsikan prosedur pembelajaran menulis kreatif cerpen dengan pendekatan experiental learning. Manfaat makalah ini adalah dapat membentuk karakter siswa dan meningkatkan kompetensi menulis cerpen siswa. Dengan demikian, penguatan karakter bangsa melalui gamitan pembelajaran bahasa dan sastra dapat dicapai.

II.           PEMBAHASAN
1.             Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Menulis Cerpen
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk mengembangkann kemampuan siswa agar dapat memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang tebaik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi Nasional pendidikan Karakter, Kemdiknas, 2010-2014).

Nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diidentifikasikan dalam delapan belas nilai sikap. Kedelapan belas nilai tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Puskur, 2010:9).

Pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu ditanamkan kepada anak-anak sedini mungkin. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa yang bermartabat yang merupakan karakteristik bangsa Indonesia.

Pembelajaran menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa sangat mungkin menjadi ruang pembentuk karakter. Penulis yang produktif menunjukkan karaker yang produktif. Ia mampu berkreativitas dan menghasilkan karya. Melatih peserta didik menulis berarti membiasakan mereka untuk membaca, menganalisis, mengidentifikasi, dan menggali informasi dari berbagai sumber hingga menjadi pengetahuan baru. Oleh karena itu, kegiatan menulis mengembangkan pengetahuan seiring dengan tumbuh kembangnya karakter produktif, kreatif, dan kritis (Cahyani, 2012:155).

Pembelajaran menulis cerpen berbasis karakter dapat diidentifikasi sejak kegiatan perencanaan, pemilihan model cerpen, pemilihan tema cerita, pemilihan latar cerita, penentuan penokohan, penentuan amanat, pengeditan, perbaikan, dan publikasi. Model cerpen yang dipilih mempertimbangkan muatan karakter tertentu yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen dapat pula dilakukan dalam pemilihan watak tokoh protagonis dan antagonis. Perwatakan tokoh pun disesuaikan dengan nilai karakter yang menjadi fokus dalam pembelajaran. Artinya, dari kedelapan belas nilai karakter yang ada, guru dan siswa bersepakat untuk memilih beberapa karakter yang akan dikembangkan dalam pembelajaran menulis cerpen. Melalui menulis cerpen, siswa diajak untuk mempresentasikan berbagai pengalaman yang mengandung nilai-nilai karakter dalam bentuk tulisan. Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman merupakan jembatatan untuk merefleksikan nilai-nilai diri, menunjukkan karakter kepada orang lain, dan diharapkan menjadi karakter peserta didik yang dapat dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.             Pendekatan Experiental Learning dalam Pembelajaran Menulis Cerpen
Belajar merupakan proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan merupakan hasil perpaduan antara memahami dan mentransformasikan pengalaman. Experiental learning juga dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri (Cahyani, 2012: 170).

          Pendekatan experiental learning dikembangkan dengan tujuan mengembangkan landasan pengalaman siswa. Kemampuan siswa mengungkapkan, memperluas, bahkan mempelajari dan mengkaji kembali pengalaman mereka merupakan proses pendekatan experiental learning. Siswa diajak untuk memandang kritis kejadian yang ditemui dalam keseharian dan melakukan penelitian sederhana untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kemudian menarik kesimpulan bersama. Kesimpulan ini merupakan pemahaman yang dicapai siswa untuk digunakan sebagai dasar dalam memahami kejadian lain yang berhubungan dengan kejadian sebelumnya.
Terdapat empat tahap dalam siklus pembelajaran dalam experiential learning sebagai berikut (Masruroh, 2015: 23).

A.    Pengalaman Konkrit
Pembelajaran diawali dengan memberikan pengalaman konkrit. Siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk melakukan suatu kegiatan: mengerjakan suatu pekerjaan, membuat sesuatu, mengadakan pengamatan terhadap lingkungan, berkomunikasi dengan teman atau orang-orang di luar sekolah, dll. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk membekali siswa dengan pengalaman yang konkrit, nyata.

Pada tahapan ini peserta didik diarahkan untuk memahami hakikat ide dan menggalinya dari berbagai sumber. Pengalaman konkrit dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya pengalaman pribadi, pengalaman orang lain yang kita ketahui, petualangan, mimpi, dan membaca.
Beberapa contoh pengalaman konkret siswa:
a.              Tersesat di TMII
b.             Cewek fecebook
c.              Pemain pengganti, tak ada Ronaldo, Slamet pun jadi

B.     Pengamatan Reflektif
Secara berkelompok siswa melakukan pengamatan, pemeriksaan, analisis, evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya pada tahap awal, bagaimana cara melakukan, mengapa melakukannya seperti itu, apa kebaikan dan kekurangannya, bagaimana memperbaikinya, dst.

Pada tahapan ini, siswa diarahkan agar mampu memilih ide cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah dialami, mampu mengolah ide tersebut agar tidak monoton, dan dapat mengaitkannya dengan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan.
Contoh:
a.              Tersesat di TMII, nilai karakter religius, rasa ingin tahu, jujur, disiplin dll.
b.             Cewek fecebook, nilai karakter kerja keras, jujur, demokratis, tanggung jawab, gemar membaca dll.
c.              Pemain pengganti, tak ada Ronaldo, Slamet pun jadi, nilai karakter peduli sosial, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, cinta damai dll.


C.    Konseptualisasi Abstrak
Siswa membuat kesimpulan, generalisasi, abstraksi dari hasil pengamatan atau pengkajian reflektif yang telah dilakukannya pada langkah kedua. Pada tahapan ini, siswa mulai menuangkan konsep-konsep cerpen yang meliputi membuat judul cerpen,  mengembangkan alur, menciptakan tokoh, mengembangkan latar, dan membuat kerangka cerita.



D.    Percobaan Aktif
Siswa melakukan percobaan, eksperimen, atau melaksanakan apa yang telah disimpulkan pada tahap ketiga. Apabila tidak mungkin melakukan percobaan atau pelaksanaan langsung, mereka dapat melakukannya secara simulasi, bermain peran, dll (Sukmadinata dan Erliana, 140-141:2012). Pada tahapan ini, siswa mulai menulis  cerpen berdasarkan pengalaman yang telah dirancang, mengedit cerpen yang sudah ditulis, kemudian mempublikasi cerpen yang telah dibuat. Langkah terakhir ini merupakan hal baru yang menjadi bahan menuju ke siklus awal dalam experiental learning. Begitu seterusnya.

III.        SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.             Pembelajaran menulis cerpen berbasis karakter dapat diidentifikasi sejak kegiatan perencanaan. Model cerpen yang dipilih mempertimbangkan muatan karakter tertentu yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen dapat pula dilakukan dalam pemilihan watak tokoh protagonis dan antagonis. Perwatakan tokoh disesuaikan dengan nilai karakter yang menjadi fokus dalam pembelajaran. Artinya, dari kedelapan belas nilai karakter yang ada, guru dan siswa bersepakat untuk memilih beberapa karakter yang akan dikembangkan dalam pembelajaran menulis cerpen.

2.             Terdapat empat tahap dalam siklus pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) sebagai berikut (Masruroh, 2015: 23).
(a)          Pengalaman Konkrit
Pada tahapan ini peserta didik diarahkan untuk memahami hakikat ide dan menggalinya dari berbagai sumber. Pengalaman konkrit dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya pengalaman pribadi, pengalaman orang lain yang kita ketahui, petualangan, mimpi, dan membaca.
(b)          Pengamatan Reflektif
Pada tahapan ini, siswa diarahkan agar mampu memilih ide cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah dialami, mampu mengolah ide tersebut agar tidak monoton, dan dapat mengaitkannya dengan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan.

(c)           Konseptualisasi Abstrak
Pada tahapan ini, siswa mulai menuangkan konsep-konsep cerpen yang meliputi membuat judul cerpen,  mengembangkan alur, menciptakan tokoh, mengembangkan latar, dan membuat kerangka cerita.

(d)           Percobaan Aktif
Pada tahapan ini, siswa mulai menulis  cerpen berdasarkan pengalaman yang telah dirancang, mengedit cerpen yang sudah ditulis, kemudian mempublikasi cerpen yang telah dibuat.

Bagikan

Jangan lewatkan

MENULIS KREATIF CERPEN BERBASIS KARAKTER DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTAL LEARNING
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.