PENDEKATAN EXPERIENTAL LEARNING
I.
PENDAHULUAN
Keterampilan
menulis cerpen merupakan keterampilan menuliskan kejadian yang
diinterpretasikan pengarang terhadap hal yang dilihat atau dialami. Kehidupan
yang digambarkan dalam cerpen bukan kehidupan yang sebenarnya, melainkan kehidupan menurut pengarang yang
menulis cerpen. Menulis cerpen memberi kesempatan kepada seseorang untuk
berimajinasi dan berkreasi. Penulis dapat
menciptakan tokoh sesuai dengan karakteristik yang diinginkan, menentukan
nasib tokoh, bahkan menentukan kehidupan dan kematian tokoh, serta
menyelipkan pesan-pesan moral dalam cerpen. Dengan demikian pembelajaran menulis cerpen dapat diintegrasikan dengan
pendidikan karakter. Pengintegrasian karakter melalui pemilihan jenis karakter
yang akan dikembangkan melalui tema, penokohan, maupun amanat cerita.
Pembelajaran menulis cerpen dianggap sebagai kegiatan
yang sulit dan membosankan. Siswanto (2008:
171) menyatakan bahwa di lembaga
pendidikan, penulisan kreatif sastra kurang mendapat perhatian khusus. Menulis
karya sastra bagi siswa merupakan kegiatan yang sangat berat. Faktor lain yang
membuat siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis kreatif cerpen
yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam
menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat
mengembangkan ide. Hal yang terjadi siswa hanya bisa menulis cerita
pengalaman, bukan cerpen. Berkaitan dengan paparan di atas, hal yang paling
penting dalam pembelajaran menulis adalah menciptakan prosedur belajar yang
menyenangkan dan lebih melibatkan diri siswa, artinya peserta didik tidaklah
hanya dijejali dengan produk jadi, tetapi juga harus diberi bantuan untuk
berpikir kreatif. Salah satu upayanya adalah
dengan menggunakan pendekatan atau teknik pembelajaran yang bervariasi, salah
satunya adalah dengan menggunakan pendekatan experiental
learning.
Berdasarkan
pemaparan di atas, ada dua permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini:
(1)
Bagaimanakah menulis kreatif cerpen yang berbasis karakter?
(2)
Bagaimanakah prosedur pembelajaran menulis kreatif cerpen dengan
menggunakan pendekatan experiental
learning?
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pembelajaran menulis kreatif cerpen yang berbasis karakter dan mendeskripsikan
prosedur pembelajaran menulis kreatif cerpen dengan pendekatan experiental learning. Manfaat makalah ini
adalah dapat membentuk karakter siswa dan meningkatkan kompetensi menulis
cerpen siswa. Dengan demikian, penguatan
karakter bangsa melalui gamitan pembelajaran bahasa dan sastra dapat dicapai.
II.
PEMBAHASAN
1.
Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Menulis Cerpen
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
bertujuan untuk mengembangkann kemampuan siswa agar dapat memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang tebaik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi Nasional pendidikan
Karakter, Kemdiknas, 2010-2014).
Nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat
diidentifikasikan dalam delapan belas nilai sikap. Kedelapan belas nilai
tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab (Puskur, 2010:9).
Pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu ditanamkan
kepada anak-anak sedini mungkin. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat yang merupakan karakteristik bangsa Indonesia.
Pembelajaran menulis sebagai salah satu keterampilan
berbahasa sangat mungkin menjadi ruang pembentuk karakter. Penulis yang produktif
menunjukkan karaker yang produktif. Ia mampu berkreativitas dan menghasilkan
karya. Melatih peserta didik menulis berarti membiasakan mereka untuk membaca,
menganalisis, mengidentifikasi, dan menggali informasi dari berbagai sumber
hingga menjadi pengetahuan baru. Oleh karena itu, kegiatan menulis
mengembangkan pengetahuan seiring dengan tumbuh kembangnya karakter produktif,
kreatif, dan kritis (Cahyani, 2012:155).
Pembelajaran menulis cerpen berbasis karakter dapat
diidentifikasi sejak kegiatan perencanaan, pemilihan model cerpen, pemilihan
tema cerita, pemilihan latar cerita, penentuan penokohan, penentuan amanat,
pengeditan, perbaikan, dan publikasi. Model cerpen yang dipilih
mempertimbangkan muatan karakter tertentu yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis cerpen dapat
pula dilakukan dalam pemilihan watak tokoh protagonis dan antagonis. Perwatakan
tokoh pun disesuaikan dengan nilai karakter yang menjadi fokus dalam
pembelajaran. Artinya, dari kedelapan belas nilai karakter yang ada, guru dan
siswa bersepakat untuk memilih beberapa karakter yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran menulis cerpen. Melalui menulis cerpen, siswa diajak untuk
mempresentasikan berbagai pengalaman yang mengandung nilai-nilai karakter dalam
bentuk tulisan. Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman merupakan
jembatatan untuk merefleksikan nilai-nilai diri, menunjukkan karakter kepada
orang lain, dan diharapkan menjadi karakter peserta didik yang dapat dicerminkan
dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Pendekatan Experiental Learning dalam Pembelajaran
Menulis Cerpen
Belajar
merupakan proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman.
Pengetahuan merupakan hasil perpaduan antara memahami dan mentransformasikan
pengalaman. Experiental learning juga
dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan
pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan
keefektifan dari hasil belajar itu sendiri (Cahyani, 2012: 170).
Pendekatan
experiental learning dikembangkan
dengan tujuan mengembangkan landasan pengalaman siswa. Kemampuan siswa
mengungkapkan, memperluas, bahkan mempelajari dan mengkaji kembali pengalaman
mereka merupakan proses pendekatan experiental
learning. Siswa diajak untuk memandang kritis kejadian yang ditemui dalam
keseharian dan melakukan penelitian sederhana untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi kemudian menarik kesimpulan bersama. Kesimpulan ini
merupakan pemahaman yang dicapai siswa untuk digunakan sebagai dasar dalam
memahami kejadian lain yang berhubungan dengan kejadian sebelumnya.
Terdapat empat tahap dalam siklus
pembelajaran dalam experiential learning sebagai berikut
(Masruroh, 2015: 23).
A.
Pengalaman Konkrit
Pembelajaran
diawali dengan memberikan pengalaman konkrit. Siswa secara individual
atau kelompok diberi tugas untuk melakukan suatu kegiatan: mengerjakan
suatu pekerjaan, membuat sesuatu, mengadakan pengamatan terhadap
lingkungan, berkomunikasi dengan teman atau orang-orang di luar sekolah,
dll. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk membekali siswa
dengan pengalaman yang konkrit, nyata.
Pada tahapan ini peserta didik diarahkan untuk memahami hakikat ide dan
menggalinya dari berbagai sumber. Pengalaman konkrit dapat diperoleh dari
berbagai sumber, misalnya pengalaman
pribadi, pengalaman orang lain yang kita ketahui, petualangan, mimpi,
dan membaca.
Beberapa contoh pengalaman konkret siswa:
a.
Tersesat di TMII
b.
Cewek fecebook
c.
Pemain
pengganti, tak ada Ronaldo, Slamet pun jadi
B.
Pengamatan Reflektif
Secara
berkelompok siswa melakukan
pengamatan, pemeriksaan, analisis, evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya pada tahap awal, bagaimana cara melakukan, mengapa
melakukannya seperti itu, apa kebaikan dan kekurangannya, bagaimana
memperbaikinya, dst.
Pada tahapan ini, siswa diarahkan agar mampu memilih ide cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah dialami,
mampu mengolah ide tersebut agar
tidak monoton, dan dapat mengaitkannya dengan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan.
Contoh:
a.
Tersesat di
TMII, nilai karakter religius, rasa ingin tahu, jujur, disiplin dll.
b.
Cewek fecebook,
nilai karakter kerja keras, jujur, demokratis, tanggung jawab, gemar membaca
dll.
c.
Pemain
pengganti, tak ada Ronaldo, Slamet pun jadi, nilai karakter peduli sosial,
tanggung jawab, disiplin, kerja keras, cinta damai dll.
C.
Konseptualisasi Abstrak
Siswa membuat kesimpulan, generalisasi,
abstraksi dari hasil pengamatan atau pengkajian
reflektif yang telah dilakukannya pada langkah kedua. Pada tahapan ini, siswa mulai menuangkan konsep-konsep
cerpen yang meliputi membuat judul cerpen, mengembangkan alur, menciptakan
tokoh, mengembangkan latar, dan membuat kerangka cerita.
D.
Percobaan Aktif
Siswa melakukan percobaan, eksperimen,
atau melaksanakan apa yang telah disimpulkan pada
tahap ketiga. Apabila tidak mungkin melakukan percobaan atau
pelaksanaan langsung, mereka dapat melakukannya secara simulasi, bermain
peran, dll (Sukmadinata dan Erliana, 140-141:2012). Pada tahapan ini, siswa mulai menulis cerpen berdasarkan pengalaman yang telah
dirancang, mengedit cerpen yang sudah ditulis, kemudian mempublikasi cerpen
yang telah dibuat. Langkah terakhir ini
merupakan hal baru yang menjadi bahan menuju ke siklus awal dalam experiental
learning. Begitu seterusnya.
III.
SIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
menulis cerpen berbasis karakter dapat diidentifikasi sejak kegiatan
perencanaan. Model cerpen yang dipilih mempertimbangkan muatan karakter
tertentu yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan
karakter dalam pembelajaran menulis cerpen dapat pula dilakukan dalam pemilihan
watak tokoh protagonis dan antagonis. Perwatakan tokoh disesuaikan dengan nilai
karakter yang menjadi fokus dalam pembelajaran. Artinya, dari kedelapan belas
nilai karakter yang ada, guru dan siswa bersepakat untuk memilih beberapa
karakter yang akan dikembangkan dalam pembelajaran menulis cerpen.
2.
Terdapat
empat tahap dalam siklus pembelajaran berbasis pengalaman (experiential
learning) sebagai berikut (Masruroh, 2015: 23).
(a)
Pengalaman Konkrit
Pada tahapan ini peserta didik diarahkan untuk memahami hakikat ide dan
menggalinya dari berbagai sumber. Pengalaman konkrit dapat diperoleh dari
berbagai sumber, misalnya pengalaman pribadi,
pengalaman orang lain yang kita ketahui, petualangan, mimpi,
dan membaca.
(b)
Pengamatan Reflektif
Pada tahapan ini, siswa diarahkan agar mampu memilih ide cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah dialami,
mampu mengolah ide tersebut agar
tidak monoton, dan dapat mengaitkannya dengan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan.
(c)
Konseptualisasi Abstrak
Pada tahapan ini, siswa mulai menuangkan konsep-konsep cerpen yang
meliputi membuat
judul cerpen, mengembangkan alur, menciptakan
tokoh, mengembangkan latar, dan membuat kerangka cerita.
(d)
Percobaan Aktif
Pada tahapan ini, siswa mulai menulis cerpen berdasarkan pengalaman yang telah
dirancang, mengedit cerpen yang sudah ditulis, kemudian mempublikasi cerpen
yang telah dibuat.
baca juga :kualitas-buku-teks-bahasa-indonesia
Bagikan
MENULIS KREATIF CERPEN BERBASIS KARAKTER DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTAL LEARNING
4/
5
Oleh
ATLET.COM