Pembinaan Bahasa Indonesia
Upaya
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional maupun bahasa negara, perlu terus ditingkatkan, terlebih pada
era global dan era perdagangan bebas seperti sekarang ini. Hal itu dimaksudkan
agar kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia tersebut menjadi semakin mantap
sehingga bahasa Indonesia dapat menjadi sarana komunikasi yang modern dan mampu
menempatkan diri sejajar dengan bahasa-bahasa modern yang lain di dunia.
Hasil perumusan bahasa Seminar
Politik Bahasa Nasional (1975) telah disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa adalah usaha dan kegiatan yang ditujukan untuk memelihara
dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa asing
supaya dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya.
Pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia dilakukan meliputi usaha-usaha pembakuan agar tercapai pemakaina
bahasa yang cermat, tetap dan efesien dalam komunikasi. Untuk kepentingan
praktis, telah diambil sikap bahwa pembinaan terutama ditujukan kepada
penuturnya, yaitu masyarakat pemakai bahasa Indonesia, dan pengembangan
terutama ditujukan kepada bahasa dalam segala aspeknya. Karena
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda,
berikut ini dijelaskan masing-masing aspek tersebut.
baca juga : peran bahasa Indonesia
baca juga : peran bahasa Indonesia
2.1.1 Pembinaan Bahasa Indonesia
2.1.1.1
Pengertian Pembinaan bahasa Indonesia
Di
dalam hasil rumusan Seminar Politik Bahasa Nasional (1999) disebutkan bahwa
yangdimaksud pembinaan (bahasa)
adalah
upaya untuk meningkatkan mutu pemakaian bahasa. Pembinaan bahasa adalah upaya
meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui proses belajar bahasa di semua
jenis dan jenjang pendidikan serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan
masyarakat. Pembinaan bahasa dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan,
keteladanan berbahasa Indonesia,
dan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembinaan
bahasa merupakan upaya sadar, terencana dan sisitematis tentang peningkatan
mutu bahasa sehingga masyarakat pemakainya memiliki kebanggaan dan kegairahan
menggunakannya.
Usaha
pembinaan bahasa berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan penyebaran bahasa
Indonesia ke khalayak sasaran dengan berbagai cara seperti usaha penyuluhan,
penataran, dan pendemonstrasian. Jika dipandang dari segi khalayak sebagai
sasaran pembinaan tersebut, khalayak tersebut dapat terdiri atas berbagai
golongan, baik golongan penutur asli, maupun golongan bukan penutur asli, orang
yang masih bersekolah, ataupun orang yang sudah tidak bersekolah lagi, khalayak
guru pada semua jenis dan semua jenjang pendidikan, khalayak orang yang berada
di komunikasi media massa, seperti majalah, surat kabar, radio, dan televisi,
serta khalayak di bidang industri, perniagaan, penerbit, perpustakaan, dan pada
lingkungan sastrawan.
2.1.1.2
Tujuan Pembinaan Bahasa Indonesia
Tujuan
pembinaan bahasa Indonesia meliputi lima hal yaitu: penumbuhan sikap positif,
meningkatkan kegairahan berbahasa Indonesia, meningkatkan keikutsertaan menjaga
mutu bahasa Indonesia, meningkatkan mutu bahasa Indonesia, dan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sikap
adalah kesiapan mental dan saraf yang terbentuk melalui pengalaman yang
memberikan arah kepada reaksi seseorang terhadap semua objek dan keadaan yang
menyangkut sikap itu (Halim,1976:68). Sikap itu memiliki tiga komponen, yaitu
komponen kognitif, afektif, dan perilaku.
1.
Komponen
kognitif adalah
pengetahuan kita tentang bahasa secara keseluruhan sampai dengan penggolongan
serta hubungan-hubungan bahasa tersebut sebagai bahasa Indonesia, bahasa asing,
atau bahasa daerah.
2.
Komponen
afektif
menyangkut perasaan atau emosi yang mewarnai atau menjiwai pengetahuan yang
terdapat di dalam komponen kognitif. Komponen afektif menyangkut nilai rasa,
baik atau tidak baik, suka atau tidak suka. Target yang hendak dicapai dalam
kegiatan “pembinaan” bahasa yang amat penting adalah menumbuhkan sikap yang
positif terhadap bahasa Indonesia.
3.
Komponen
perilaku terdapat nilai moral yang muncul dan berhubungan erat dengan
kecenderungan berbuat atau beraksi dengan cara tertentu.
Lebih lanjut, target yang hendak
dicapai dalam kegiatan “pembinaan” bahasa yang amat penting adalah menumbuhkan
sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif tersebut tidak
dapat diukur dengan angka-angka, tetapi dapat dilihat dalam komponen perilaku.
Komponen perilaku berhubungan erat dengan kecenderungan berbuat atau beraksi
dengan cara tertentu. Dalam hubungan ini ada nilai moral yang muncul. Dalam
mengukur keberadaan sikap positif ada beberapa pertanyaan yang dapat dipakai,
yaitu:
1.
seberapa jauh kita telah mencintai
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa persatuan?
2.
Seberapa jauh kita merasa memiliki
bahasa kita itu sebagai kekayaan yang tiada ternilai harganya?
3.
Seberapa jauh kita merasa bertanggung
jawab untuk mempertahankan keberadaan bahasa kita di di bumi Ibu Pertiwai?
Jika
rasa cinta, rasa memiliki, rasa berkewajiban untuk mempertahankan, dan rasa
bangga terhadap bahasa Indonesia
telah tumbuh, berarti pembinaan bahasa Indonesia terhadap
khalayak telah berhasi
Kegiatan
pembinaan juga mempunyai target dalam meningkatkan kegairahan berbahasa
Indonesia. Target ini dapat diukur dengan pertanyaan, seberapa banyak seseorang
itu secara konsisten bergairah memakai bahasa Indonesia? Jika seseorang telah
bergairah memakai bahasa Indonesia dalam berkomunikaasi dengan orang lain,
orang itu harus meningkatkan lagi kegairahannya itu dalam mempergunakan bahasa
Indonesia.
Contoh:
Saya harus menyampaikan hasil meeting semalam. Berita ini jangan terlalu di-blow up karena bisa menimbulkan konflik. Jangan asal share isyu-isyu yang belum jelas karena
bisa saja itu hoax. Ingat, hindari bully-mem-bully di sosmed.
Kutipan
di atas memperlihatkan ketidakbergairahan memakai bahasa Indonesia. Teks
tersebut banyak menggunakan
kata-kata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata meeting sama dengan pertemuan; Kata di-blow up sama dengan dibesar-besarkan; kata share berpadanan dengan kata berbagi; kata hoax berpadanan dengan kata bohong/tidak
benar; dan kata bully berpadanan dengan kata mengejek.
Kegiatan
pembinaan harus pula terlihat dalam kegiatan meningkatkan keikutsertaan masyarakat sasaran dalam menjaga mutu bahasa
Indonesia. Apa yang disebut dengan “mutu” bahasa itu harus dihubungkan ketepatan
bentuk bahasa yang digunakan. “Apakah
bentuk frase mengejar ketinggalan
sudah benar dalam bahasa Indonesia?,” pertanyaan itu merupakan bentukpelibatkan diri dalam kegiatan
pembinaan bahasa. Dengan demikian, target mudah diukur, seberapa jauh orang
bertanya tentang kebenaran kata, frase, dan kalimat. Jadi, jika orang telah
meragukan tentang bentuk-bentuk bahasa dan ingin tahu bentuk yang benar dari
suatu untaian kata, frase, atau kalimat berarti sudah terbina bahasanya
dengan baik.
Dalam hal ini berhubungan erat dengan
menjaga mutu bahasa para pendukung bahasa. Mutu bahasa yang dimaksudkan itu
berhubungan erat dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pembinaan bahasa dimaksudkan agar setiap penutur
bahasa Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
normatif dan komunikatif.
2.1.1.3
Upaya Pembinaan Bahasa Indonesia
Usaha-usahapembinaan
ini mencakup upaya peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
berbahasa.Usaha pembinaan yang dilakukan, antara lain, melalui pengajaran,
pemasyarakatan, peran media massa, dan jalur kepemimpinan.
A.
Pengajaran
Usaha
pembinaan melalui pengajaran bahasa Indonesia melalui sistem persekolahandilakukan
dengan mempertimbangkan bahasa sebagai satu keseluruhan berdasarkan kontekspemakaian
yang ditujukan untuk peningkatan mutu penguasaan dan pemakaian bahasa yang
baikdengan tidak mengabaikan adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang hidup dalammasyarakat.
Peningkatan mutu pendidikan bahasa itu dilakukan melalui kegiatan sebagai
berikut:
1.
pengembangan kurikulum bahasa Indonesia;
2.
pengembangan bahan ajar yang sesuai
dengankebutuhan siswa dan perkembangan metodologi pengajaran bahasa;
3.
pengembangan tenagakependidikan
kebahasaan yang profesional; dan
4.
pengembangan sarana pendidikan bahasa
yangmemadai, terutama sarana uji kemahiran bahasa.
B.
Pemasyarakatan
Usaha
pembinaan dapat pula dilakukan melalui pemasyarakatan bahasa
Indonesia.Pemasyarakatan bahasa Indonesia ini dimaksudkan untuk meningkatkan
sikap positif masyarakatterhadap bahasa Indonesia dan meningkatkan mutu
penggunaannya. Pemasyarakatan bahasa Indonesia dilakukan melalui
penyuluhan langsung dan penyuluhan tidak langsung. Penyuluhan langsung
dilakukan dengan cara bersemuka (bertatap muka) antara peserta penyuluhan
(pesuluh) dan penyuluh. Sementara itu, penyuluhan tidak langsung, antara lain,
dilakukan melalui media elektronik.
Penyuluhan
langsung yang sudah dilakukan adalah penyuluhan untuk guru (khususnya guru
nonbahasa), kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha sekolah,
dan para pejabat di kantor pemerintahan, baik di Jakarta maupun di luar
Jakarta. Penyuluhan melalui media elektronik yang telah dilakukan selama
ini adalah penyuluhan di TVRI dan RRI. Penyuluhan di TVRI dilakukan melalui
program Bahasa Indonesia yang Benar (BINAR), sedangkan penyuluhan di RRI
dilakukan melalui program Aku Cinta Bahasa Indonesia (ACBI), Mercu Bahasa, dan
Pujangga (Badan Bahasa, 2016).
C.
Peran
Media Massa
Media massa memiliki fungsi sangat
strategis dalam upaya pembinaan bahasa Indonesia.Media massa, baik itu media
cetak ataupun media elektronik memiliki jangkauan yangsangat luas. Negara kita
wilayahnya luas sekali dan juga memiliki banyak pulau. Hal ini
tentunyamembutuhkan alat komunikasi yang dapat menjangkau semua wilayah itu.
Media
massa selama ini dijadikan konsumsi sehari-hari oleh sebagian besar
masyarakatIndonesia. Oleh karena itu, menempatkan media massa sebagai salah
satu upaya pembinaanbahasa Indonesia adalah hal yang tepat. Dikatakan tepat
oleh karena melalui media massamasyarakat yang tersebar luas itu dapat membaca
atau mendengarkan secara langsung bahasaIndonesia yang digunakan oleh media
massa tersebut. Jika bahasa Indonesia yang digunakantersebut adalah bahasa
Indonesia yang benar, ini berarti bahwa secara tidak langsung pulamasyarakat
telah diarahkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang benar pula.
BahasaIndonesia yang digunakan dalam media massa sangat mempengaruhi kebiasaan
berbahasa parapembaca media massa tersebut. Jika bahasa Indonesia yang
digunakan dalam media massatersebut tidak sesuai dengan kaidah, maka hal ini
akan merusak penggunaan bahasa Indonesia.
D.
Jalur
Kepemimpinan
Bahasa seorang pemimpin, baik pejabat maupun pemuka
masyarakat, berpengaruh terhadap masyarakat. Akhiran -ken Presiden Soeharto, misalnya, hampirseluruh pejabat di bawahnya termasuk
para pegawai rendahan dengan latah ikut-ikutan bertuturseperti beliau. Padahal,
bawahannya belum tentu memiliki bahasa ibu yang sama denganPresiden Soeharto.
Pada saat itu hampir setiap pejabat bertutur selalu menggunakan bahasaIndonesia
yang kental dengan dialek yang dipakai Presiden Soeharto. Dengan
demikian, pejabat tidak hanya dituntut dapat berbahasa dengan santun, tetapi
juga mampu menunjukkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar agar
dapat memotivasi masyarakat untuk berbahasa dengan baik dan benar pula.
2.1.1.4
Problematik Pembinaan Bahasa Indonesia
Upaya
peningkatan kualitas penggunaan bahasa Indonesia bagi masyarakat Indonesia
masih menghadapi banyak persoalan. Persoalan mendasar adalah masih rendahnya
sikap positif berbahasa Indonesia di masyarakat penutur bahasa Indonesia. Kompetensi
berbahasa Indonesia dianggap tidak penting dikuasai, sebaliknya penguasaan
bahasa asing sangat didambakan. Sikap meremehkan bahasa Indonesia ini berakibat
pada tidak dipelajarinya segala aturan kebahasaan Indonesia. Walhasil, bahasa
Indonesia yang yang digunakan cendrung salah. Awak media massa belum sepenuhnya
menyugukan bahasa Indonesia yang diharapkan. Penggunaan kalimat yang tidak
efektif, diksi yang tidak tepat, atau pengggunaan kata/istilah bahasa Indonesia
yang tidak konsisten banyak dtemukan di beragam media. Pejabat pun masih banya
yang belum konsisten menggunakan bahasa Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa faktor
yang ditemukan sebagai penyebab problematika pembinaan bahasa Indonesia dalam
proses pembelajaran diantaranya sebagai berikut. (1) kurangnya kesadaran sikap
positif pemakai bahasa, (2) ingin gagah “hebat”(3) faktor psikologis, (4)
ketidaksengajaan pemakaian bahasa, (5) pengaruh bahasa Inggris, (6) pengaruh
bahasa daerah, (7) pengaruh penggunaan bahasa gaul, (8) kurangnya pemahaman
terhadap aturan bahasa Indonesia, dan (9) faktor lingkungan.
Jika faktor-faktor semacam ini tidak
segera diatasi maka jati diri dan kepribadian bahasa Indonesia akan terkikis
bahkan hilang. Berkaitan dengan hal itulah, maka perlu dicarikan bagaimana
strategi yang tepat dalam mekanisme berkomunikasi demi terjaganya eksistensi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pemersatu, dan identitas bangsa
Indonesia.
Untuk meningkatkan kembali eksistensi
bahasa Indonesia strategi yang ditempuh untuk meningkatkan pembinaan bahasa
Indonesia maka strategi yang kiranya dapat ditempuh adalah (1) menyadarkan diri
pemakai bahasa akan pentingnya memiliki sikap positif berbahasa
Indonesia, (2) peningkatan
penggunaan bahasa dengan baik dan benar di kalangan pejabat dan awak media
massa, (3) menghilangkan rasa “malu” dan
“enggan” dalam mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (4)
pembatasan penggunaan bahasa Inggris, bahasa daerah, ataupun bahasa gaul dalam
berkomunikasi formal, (5) penanaman pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang
baik dan benar, (6) menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis pembinaan bahasa,
(7) peningkatan mutu sumber daya para pakar, dan (8) kegiatan penyuluhan bahasa
di luar bulan bahasa dan sastra.
Berdasarkan kedeladapan strategi ini
diharapakan kepada seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja,
dewasa hingga orang tua, baik golongan yang terdidik maupun nonterdidik untuk sadar
dan berhenti “mengambing hitamkan”globalisasi dan egoisme pribadi sebagai tolok
ukur derajat inteletualitas pemakai bahasa. Oleh karena itu, sebaiknya kaum
terpelajar atau pun orang-orang yang berpengaruh dalam masyarakat hendaknya
menjadi contoh atau teladan dalam berbahasa Indonesia yang sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bagikan
Pembinaan Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
ATLET.COM