ASPEK-ASPEK PENGETAHUAN
(ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI)
A. Pengantar
Dalam
Bab ini, penulis akan memaparkan kajian mengenai filsafat ilmu. Pentingnya kajian
filsafat ilmu yang terdiri atas tiga ranah yakni ontologi, epistemologi, dan
aksiologi akan dideskripsikan dengan detail oleh penulis dalam bab pendahuluan
sebagai berikut.
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah
hati bahwa tidak semuanya akan pernah ketahui dalam kemestaan yang seakan tak
terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam
keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang
dicari telah kita jangkau (Suriasumantri: 19).
Aristoteles (384–322 SM) menyatakan bahwa kewajiban filsafat adalah
menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu
umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh
filsafat dengan ilmu. Sedangkan Plato (
428 -348 SM ) berpendapat filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada.
Selaras
dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang
mungkin yang dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai
pionir, filsafat mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang
satu, dia pun mulai merambah pertanyaan lain (Suriasumantri: 25).
M Izzudin Taufiq
mengemukakan ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan,
pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar
ataupun asal usulnya . Sedangkan menurut Poespoproedjo ilmu adalah Ilmu adalah
proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori
dan uji empiris.
Filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). ilmu memang berbeda dari
pengetahuan–pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang
prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya memunyai
ciri-ciri keilmuan yang sama.
Dalam kajian filsafat
ilmu, terdapat tiga aspek yakni ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Ontologi adalah ilmu yang membahas sesuatu yang
telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Epistemologi merupakan
aspek yang membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa
pengetahuan tersebut. Sedangkan aksiologi dapat diartikan sebagai teori nilai.
B. Pengetahuan
Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah segala sesuatu yang diketahui. Sedangkan filsafat merupakan pengetahuan
dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab,
asal, dan hukumnya.
Semua pengetahuan apakah itu ilmu, seni, atau
pengetahuan apa saja pada dasarnya mempunyai ketiga landasan yakni ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Jadi, untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu
dari pengetahuan-pengetahuan lainnya maka pertannyaan yang dapat diajukan
adalah; Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana caranya
mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan
termaksud dipergunakan (aksiologi)? (Suriasumantri: 35).
Manusia dikatakan berpengetahuan jika ia
memiliki pemahaman terhadap sesuatu yang diketahuinya. Proses dari tidak tahu
menjadi tahu dilalui manusia dengan cara menalar. Ketika manusia menalar, ia
akan mendayagunakan pikirannya untuk dapat mengembangkan pengetahuan tersebut.
Dia akan dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan
mana yang salah.
Pengetahuan mampu dikembangkan oleh manusia
disebabkan dua hal utama yakni, pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu
mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi
tersebut.kedua, kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir
tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran
(Suriasumtri: 40).
Ditinjau dari sumbernya, pengetahuan dapat
dibedakan menjadi wahyu dan intuisi. Wahyu adalah pengetahuan yang diberikan
Tuhan dan intuisi adalah sumber pengetahuan. Dengan wahyu kita memperoleh
pengetahuan dengan iman (keyakinan) bahwa sesuatu yang diwahyukan itu adalah
hal yang benar. Begitu juga intuisi, kita meyakini kenenaran sumber pengetahuan
tersebut.
Pengetahuan yang telah kita peroleh melalui
proses berpikir yang disebut penalaran mempunyai dasar kebenaran apabila kita
melakukan proses penarikan kesimpulan baru yang dianggap sahih (valid) dengan
cara tertentu. Proses tersebuit disebut logika.
C. Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode
ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan
demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu (Suariasumantri: 141). Pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmiah berarti memenuhi syarat (kaidah) ilmu
pengetahuan.
Dalam pengetahuan ilmiah terdapat proses
penalaran ilmiah dengan dua cara penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan
logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulaan
dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Sedangkan logika deduktif adalah kegiatan berpikir dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Bagikan
PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH (ASPEK ONTOLOGIS, EPSITOMOLOGI DAN AKSIOLOGI)
4/
5
Oleh
ATLET.COM