Sunday, 16 October 2016

PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH (ASPEK ONTOLOGIS, EPSITOMOLOGI DAN AKSIOLOGI)

ASPEK-ASPEK PENGETAHUAN
(ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI)

 
A. Pengantar

Dalam Bab ini, penulis akan memaparkan kajian mengenai filsafat ilmu. Pentingnya kajian filsafat ilmu yang terdiri atas tiga ranah yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi akan dideskripsikan dengan detail oleh penulis dalam bab pendahuluan sebagai berikut.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah ketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau (Suriasumantri: 19).

Aristoteles (384–322 SM) menyatakan bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Sedangkan Plato ( 428 -348 SM ) berpendapat filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang mungkin yang dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir, filsafat mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu, dia pun mulai merambah pertanyaan lain (Suriasumantri: 25).

M Izzudin Taufiq mengemukakan ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya . Sedangkan menurut Poespoproedjo ilmu adalah Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan uji empiris.

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). ilmu memang berbeda dari pengetahuan–pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya memunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.

Dalam kajian filsafat ilmu, terdapat tiga aspek yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Epistemologi merupakan aspek yang membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Sedangkan aksiologi dapat diartikan sebagai teori nilai.

B. Pengetahuan
Pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang diketahui. Sedangkan filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.

Semua pengetahuan apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan apa saja pada dasarnya mempunyai ketiga landasan yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Jadi, untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya maka pertannyaan yang dapat diajukan adalah; Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi)? (Suriasumantri: 35).

Manusia dikatakan berpengetahuan jika ia memiliki pemahaman terhadap sesuatu yang diketahuinya. Proses dari tidak tahu menjadi tahu dilalui manusia dengan cara menalar. Ketika manusia menalar, ia akan mendayagunakan pikirannya untuk dapat mengembangkan pengetahuan tersebut. Dia akan dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.

Pengetahuan mampu dikembangkan oleh manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.kedua, kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran (Suriasumtri: 40).

Ditinjau dari sumbernya, pengetahuan dapat dibedakan menjadi wahyu dan intuisi. Wahyu adalah pengetahuan yang diberikan Tuhan dan intuisi adalah sumber pengetahuan. Dengan wahyu kita memperoleh pengetahuan dengan iman (keyakinan) bahwa sesuatu yang diwahyukan itu adalah hal yang benar. Begitu juga intuisi, kita meyakini kenenaran sumber pengetahuan tersebut.

Pengetahuan yang telah kita peroleh melalui proses berpikir yang disebut penalaran mempunyai dasar kebenaran apabila kita melakukan proses penarikan kesimpulan baru yang dianggap sahih (valid) dengan cara tertentu. Proses tersebuit disebut logika.

C. Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu (Suariasumantri: 141). Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmiah berarti memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.


Dalam pengetahuan ilmiah terdapat proses penalaran ilmiah dengan dua cara penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulaan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif adalah kegiatan berpikir dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. 

Bagikan

Jangan lewatkan

PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH (ASPEK ONTOLOGIS, EPSITOMOLOGI DAN AKSIOLOGI)
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.