1. Peran Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Filsafat matematika adalah cabang dari
filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan
dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan
metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam
kehidupan manusia. Sifat logis dan terstruktur dari matematika itu
sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di antara mitra-mitra bahasan
filsafat lainnya.
Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά –
mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan
perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan
membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan
definisi-definisi yang bersesuaian. Terdapat perselisihan tentang apakah
objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau
hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut
matematika sebagai “ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting”. Di
pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa “sejauh hukum-hukum matematika
merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti,
mereka tidak merujuk kepada kenyataan.” Melalui penggunaan penalaran logika dan
abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan
pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika.
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa
kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan
oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen,
yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan
(premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern
adalah contoh-contoh dari logika formal. Dasar penalaran dalam logika ada dua,
yakni deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang
membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika
kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari
premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan
benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika
kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Contoh argumen deduktif:
a.
Setiap mamalia punya sebuah jantung
b.
Semua kuda adalah mamalia
c.
Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif—kadang disebut logika
induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus
untuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen induktif:
a. Kuda Sumba punya sebuah
jantung
b. Kuda Australia punya
sebuah jantung
c. Kuda Amerika punya
sebuah jantung
d. Kuda Inggris punya
sebuah jantung
e. Setiap kuda punya
sebuah jantung.
Tabel di bawah ini
menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan
deduktif.
Deduktif
|
Induktif
|
Jika semua premis
benar maka kesimpulan pasti benar
|
Jika premis benar, kesimpulan
mungkin benar, tapi tak pasti benar.
|
Semua informasi atau
fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
|
Kesimpulan memuat
informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
|
Logika masuk ke dalam
kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang
tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur
yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik).
Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus
(130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika
dengan menerapkan metode geometri. Puncak logika simbolik terjadi pada tahun
1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya
bersama Alfred North Whitehead (1861 – 1914) dan Bertrand Arthur William Russel
(1872 – 1970).
a. Matematika Sebagai
Bahasa
Matematika adalah
bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika meiliki sifat artifikial yaitu akan
memiliki arti setelah sebuah makna deberikan kepadanya. Tanpa makna matematika
hanya merupakan lambang saja. Selain itu matematika pun dapat diartikan sebagai
bahasa yang berusaha unutk menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional
dari bahasa verbal.
Selain sebagai bahasa
matematika pun memiliki sifat kuantitatif, yaitu matematika mengembangkan
bahasa numerik yang memungkinkan kita melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Selain itu matematika pun memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap
kualitatif ke kuantitatif. Pada dasarnya matematika diperlukan oleh semua
disiplin keilmuan untuk meningkatkan daya prediksi dan control dari ilmu
tersebut, sehingga ilmu dapat memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang
memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika sarana
berfikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis-premis yang kebenaranya telah ditentukan. Ilmu dapat dibagi
menjadi 3 tahapan:
1)
Tahapan Sistematika
2)
Tahapan Komparatif
3)
Tahapan Kuantitatif
Tahapan Sistematika, pada tahap ini ilmu
sudah mulai menggolong-golongkan objek empiris ke dalam kategori-kategori
tertentu. Penggolongan ini memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri yang
bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi kelompok tertentu. Ciri-ciri
yang bersifat umum inilah yang merupakan pengetahuan manusia dalam mengenali
dunia fisik.
Tahapan Komparatif, pada tahap ini kita
mulai membandingkan antara objek yang satu dengan yang lainya, kategori yang
satu ini dengan kategori lainya dan seterusnya. Kita mulai mencari hubungan
yang didasarkan kepada perbandingan antara berbagai objek yang akan kita kaji.
Tahapan
Kuantitatif, pada tahap ini kita mencari hubunganj
sebab-akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan, malainkan melaui proses
pengukuran eksak dari satu objek yang sedang diamati. Bahasa verbal berfungsi
sangat baik pada kedua tahapan diatas (tahap I & II), sedangkan pada tahap
III pengetahuan membutuhkan matematika. Lambang-lambang matematika bukan saja
jelas namun juga eksak dengan mengandung informasi tentang objek tertentu dalam
dimesi pengukuran.
b.
Sifat Kuantitatif dari
Matematika
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan
dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan
kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari
matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu
memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan
masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami
perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif. Pada dasarnya matematika
diperlukan oleh semua disiplin keilmuan untuk meningkatkan daya prediksi dan
kontrol dari ilmu tersebut.
c. Matematika Sarana
Berfikir Edukatif
Deduktif adalah proses
pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya
telah ditentukan. Contoh, untuk menghitung jumlah sudut dalam segitiga, kita
mendasarkan kepada premis bahwa kalau terdapat dua garis sejajar maka sudut yang
dibentuk kedua garis tersebut dengan garis ketiga adalah sama. Premis yang
kedua adalah bahwa jumlah sudut yang dibentuk oleh sebuah garis lurus adalah
180o.
Kedua premis ini
kemudian diterapkan dalam berfikir deduktif untuk menghitung jumlah sudut-sudut
dalam sebuah segitiga. Dalam hal ini kita melihat bahwa dalam segitiga
(misalnya Segitiga ABC) kalau kita tarik garis P melalui titik A yang sejajar
dengan BC maka pada titik A didapatkan 3 sudut yakni α1, α2, α3. Yang
ketiga-tiganya membentuk garis lurus, sedangkan berdasarkan premis kedua yang
mengatakan bahwa jumlah sudut dalam sebuah garis lurus adalah 180o.
Dengan demikian maka secara deduktif dapat dibuktikan bahwa jumlah sudut-sudut
dalam sebuah segitiga adalah 180o. Jadi dengan contoh diatas secara
deduktif matematika menemukan pengetahuan yang ditentukan pengetahuan yang baru
berdasarkan premis-premis yang tertentu, pengetahuan yang didapatkan secara
deduktif ini sungguh sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat
menyenangkan
d. Matematika dan
Peradaban
Matematika dapat
dikatakan sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sekitar 3500 tahun
S.M. bangsa Mesir Kuno telah mempunyai simbol yang melambangkan angka-angka.
Para pendeta mereka merupakan ahli matematika yang pertama yang melakukan
pengukuran pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan timbulnya banjir seperti
apa yang sekarang kita lakukan di abad ke-20 di kota Metropolitan Jakarta. Matematika
tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Penduduk kota yang
pertama adalah makhluk yang berbicara kata lancelot hogben dan penduduk kota
kurun teknologi ini adalah makhluk yang berhitung yang hidup dalam jaringan
angka-angka.
e. Beberapa Aliran dalam
Filsafat Matematika
1)
Logistik Tokoh:
a)
Immanuel Kant (1724 – 1804).
Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat
sintetik apriori (eksistensi matematika tergantung dari pancaindra).
b)
Gottlob Frege (1848 – 1925).
Matematika merupakan pengetahuan logistik (cara
berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan).
2)
Intuisionis Tokoh:
a)
Bertand Russell dan Whitehead.
Seluruh matematika dapat direduksi ke dalam
proporsi-proporsi logika.
b)
Jan Brouwer (1881 – 1966).
Matematika merupakan pengetahuan intuisionis (intuisi
murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan.
3)
Formalis Tokoh:
a)
David Hilbert (1862 – 1943).
Banyak masalah dibidang logika yang tidak dapat
hubungan dengan matematika. Matematika merupakan pengetahuan tentang struktur
formal dari lambing.
f. Kelebihan dan
Kekurangan Matematika
Adapun kelebihan matematika antara lain sebagai
berikut:
1)
Tidak memiliki unsur emotif.
2)
Bahasa matematika sangat universal.
Adapun kelemahan dari
matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak
mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat
artifersial dan berlaku dimana saja.
Bagikan
Peran Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah : Kelebihan dan Kekurangan
4/
5
Oleh
ATLET.COM