1. Peran Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Suatu Hari seorang anak
kecil disuruh Ayahnya membeli sebungkus korek api dengan pesan agar tak
terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama anak kecil itu datang
kembali dengan wajah yang berseri-seri, menyerahkan kotak korek api yang
kosong, dan berkata, “Korek api ini benar-benar bagus Pak, semua batangnya
telah saya coba dan ternyata menyala”.
Penyelesaian diatas membutuhkan
waktu yang lama, tidak ekonomis, dan efisien. Penarikan kesimpulan dengan
mencoba semua korek api, bukan merupakan suatu penyelesaian yang tepat.
Beberapa permasalahan seperti hal diatas, dapat dipecahkan dengan Ilmu
Statistika. Pada tahun 1645 ahli Matematika, Chevalier de Mere dan Prancis
Blaise Pascal (1623-1662) tertarik dengan latar belakang permasalahan seperti
contoh diatas, dengan menciptakan teori yang mengembangkan teori dari cikal
bakal Peluang. Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan
konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan
Eropa dalam abad pertengahan.
Teori mengenai
kombinasi bilangan sudah dikembangkan oleh Sarjana Muslim Al Jabbar, meskipun
belum sampai dalam lingkup teori Peluang. Namun begitu dasar-dasar mengenai
teori Peluang ini dilanjutkan lebih cepat, lalu kemudian bidang telaah ini
berkembang pesat. Beberapa orang ahli yang mengembangkan dengan lebih lanjut
mengenai telaah dasar konsep ilmu Statistika, diantaranya adalah :
1)
Descartes (1596-1650) Dengan latar belakang selama 4
tahun, bergaul dengan teman-teman yang suka berjudi, Descartes kebanyakan
menang karna dia pandai menghitung peluang.
2)
Pascal dan Pierre de Fermat (1601-1665) mengembangkan
cikal-bakal Teori Peluang.
3)
Pendeta Thomas Bayes (1763) mengembangkan Teori
Peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya suatu
kejadian. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus dalam statistika sebagai
pelengkap teori peluang yang bersifat obyektif.
4)
Abraham Demoivre (1667-1827) mengembangkan Teori Galat
atau Kekeliruan (Theory of error).
5)
Thomas Simpson (1757) menyimpulkan bahwa terdapat
suatu distribusi yang berlanjut (Continous Distribution) dari suatu variable
dalam suatu frekuensi yang cukup banyak.
6)
Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan
konsep dari Demoivre dan Simpson dan menemukan Distribusi Normal. (sebuah
konsep yang paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis
statistika di samping Teori peluang.
7)
Francis Galton (1822-1911) & Karl Pearson
(1857-1936) Distribusi lain yang tidak berupa kurva Normal.
8)
Karl Friedrich Gauss (1777-1855) Teknik Kuadrat
Terkecil (Least Squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata
(The Standard Error of Mean)
9)
Pearson (melanjutkan Konsep Galton): Konsep Regresi,
Korelasi, Distribusi Chi-Kuadrat dan Analisis Statistika untuk data Kualitatif.
Pearson menulis Buku The Grammar of Science.
10)
William Searly Gosset “Student” mengembangkan konsep
pengambilan contoh.
11)
Ronald Alylmer Fisher (1890-1962): Analisis Varians
dan Kovarians, Distribusi-z, Distribusi-t, uji Signifikan dan Theory of
Estimation.
Meskipun Statistika
relative sangat muda dibandingkan dengan Matematika, tetapi Statistika
berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun
belakangan ini. Ilmu Statistika banyak dipergunakan untuk penelitian Ilmiah,
baik yang berupa Suvei maupun eksperimen Teknik-teknik Statistika dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan untuk kegiatan akademik maupun untuk pengambilan keputusan.
1. Statistika dan Cara
Berpikir (Induktif dan Deduktif)
Statistika merupakan ilmu pengetahuan yang telah
teruji kebenarannya. Semua Pernyataan Ilmiahnya Faktual. Dalam pengujian: suatu
proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipothesis yang diajukan.
Pengujian terbagi 2: Logika Induktif dan Logika Deduktif.
Pengujian berdasarkan Logika Induktif: Penarikan
kesimpulan yang bersifat Khas dari kasus-kasus yang bersifat khusus
(individual) kepada yang bersifat umum. Meskipun Premis-premis yang digunakan
adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya sah, tapi kesimpulannya belum
tentu benar. Logika Induktif berpijak kepada Statistika sebagai sarana
penarikan kesimpulan.
Pengujian berdasarkan Logika Deduktif: Penarikan
kesimpulan yang bersifat Umum ke Khusus. Kesimpulan yang ditarik adalah benar
jika premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan penarikan
kesimpulannya Syah. Logika Deduktif berpijak pada Matematika sebagai sarana
penalaran penarikan kesimpulan.
2. Manfaat Statistika
a. Statistika memberikan
cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati
hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
b. Statistika mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik
tersebut, yang dasarnya adalah asas yang sederhana.
c. Statistika memberikan
kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara
dua factor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam
suatu hubungan yang bersifat empiris.
d. Penarikan kesimpulan
secara statistika memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara
ekonomis.
Bagikan
Peran Statistika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
4/
5
Oleh
ATLET.COM